Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Iklim Politik Keislaman Menjadi Bumerang Prabowo

5 Maret 2019   01:53 Diperbarui: 5 Maret 2019   12:51 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; tribunnews.com

Kalau perlu melibatkan asing, dalam hal ini Amerika, yang secara historis relatif dekat dengan keluarga Prabowo. Bisa jadi, tindakan Prabowo mirip yang dilakukan Soeharto ketika menggulung militansi PKI pada masa awal berkuasa.

Konsesi sosial budaya kepada kelompok masa keislaman konservatif dan radikal jauh lebih sulit dibandingkan konsesi ekonomi dan politik (kekuasaan/jabatan).

Kalau konsesi ekonomi, Prabowo tinggal memberikan organisasi keislaman itu (para tokoh dan lingkarannya) sejumlah kapling-kapling usaha di berbagai wilayah Indonesia, khususnya pengolahan SDA atas nama "untuk anak negeri"--daripada dikuasai asing. 

Bila kapling konsesi ekonomi dibagikan maka riak-riak  masa keislaman bisa relatif diredam secara sel per sel, tergantung para tokohnya yang dimakmurkan konsesi tersebut.

Sementara konsesi sosial dan budaya berpotensi terjadi resistensi di setiap wilayah Indonesia yang unik. Contohnya Bali, ketika ada wacana "Wisata Halal".

Penguasaan ruang sosial dan budaya berbenturan resistensi lokalistik bisa menjadikan negara kacau sepanjang rezim Prabowo berkuasa. Dan kalau tidak ditindak tegas, ibarat ular di dalam rumah, setelah memporakporandakan isi rumah maka selanjutknya tuan rumah sendirilah yang dililit kemudian  ditelan.

--- 

peb05/03/2019

Baca ;

Simpul Prabowo dan Pemahaman Politik Islam Konservatif 


Fenomena Status Keimanan Prabowo dan Maraknya Politik Keislaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun