Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wawancara Eksklusif Imajiner dengan Ahok Usai Dibebaskan

25 Januari 2019   07:12 Diperbarui: 25 Januari 2019   07:35 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : tribunnews.com

sumber gambar : tribunnews.com
sumber gambar : tribunnews.com
Tak berhasil berinteraksi langsung dengan BTP tak membuat saya kecil hati. Saya pikir, ini masalah waktu saja. Akan ada waktunya nanti. Dan benar!

Kemarin, akhirnya --secara imajiner)--saya bertemu langsung dengan BTP , setelah kejadian tahun 2014 lalu itu.

Usai BTP keluar dari Rutan Mako Brimob yang ramai disambut warga itu. BTP ngacir ke Pasar Baru untuk jajan Cae Kwee di warung langganannya, yang juga warung langganan saya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, begitulah pepatah lama.

Saat saya duduk menunggu pesanan, sambil menulis artikel Kompasiana pakai BB Q5 jadul, masuklah BTP bersama dua kawannya di warung itu. Saya pertama kali melihat BTP, lalu dia pun melihat ke arah saya saat mencari kursi kosong.

"Hai, Hok! Apa kabar?"

"Weaalah Peb, ade di sini lu?" Kami pun bersalaman. Tak lupa cipika-cipiki layaknya kawan lama tak bertemu. Dan saya persilahkan dia duduk di dekat saya

"Iya, Hok, gue lagi nganu di sini, seperti biasalah kalo habis syuting di Jakarta."

"Hak Hok Hak Hok seenak gundulmu ! Elu gimane sih? Gue sekarang BTP, tauuk?"

"Aaih, sorii bro..Lupa gue! " Spontan saya menutup mulut dengan lima jari.

" Hahahahaha! Heuheuheuheu!" Kami pun sama-sama tertawa.

"Eh, Be...eeeh Te...Eeh Pe...hadeuh gimmane sih manggil name Lu yang enak? Bete atau Tepe enaknye? Lidah gue masih janggal nih, Hok!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun