Debat calon presiden 2019 tahap pertama sudah selesai. Semua calon presiden beserta tim kembali ke markas masing-masing. Mereka mengevalusi apa yang sudah dijalani di depan publik untuk dijadikan masukan pada penampilan debat berikutnya. Rekaman diputar ulang untuk melihat kekurangan dan kelebihan "performance" sang capres/cawapres.
Di tempat lain, di dunia maya, khususnya di media sosial, para pendukung masing-masing kubu capres/cawapres semakin meningkatkan intensitas perang yang sudah berlangsung laman jauh hari sebelum debat capres diadakan.
Usai debat capres, dan bahkan saat debat baru dimulai beberapa menit, para pendukung tersebut mulai saling serang. Kejadiannya begitu cepat. Pernyataan salah satu capres/cawapres dua menit yang lalu, sudah ada di medsos berupa "status" tanggapan atau alat serangan para pendukung. Tak hanya berupa tulisan, melainkan juga gambar meme.
Saat menonton siaran (live) debat calon presiden di televisi, saya sambil membuka twitter, FB, grup WA lewat BlackBerry Q5-si Jadoel yang setia- untuk saya mengamati berbagai "pergerakan" unik para netizen di media sosial.Â
Mata saya tidak fokus sepenuhnya ke layar televisi karena harus berbagi jatah kebutuhan rohani dengan medsos. Sepanjang acara debat, saya senyum-senyum sendiri. Terkadang ngakak membaca berbagai "lontaran peluru" maya netizen terkait berbagai momen di debat capres yang sedang berlangsung. Untunglah saat saya ngakak sendiri, tidak ada petugas dinas sosial. Dikhawatirkan bisa saja saya diseret ke RSJ atau panti rehabilitasi untuk penyembuhan. Heu heu heu...
Bagi para netizen pendukung masing-masing kubu, debat capres itu bagai mendapatkan banyak amunisi tambahan untuk menghajar lawan. Berbagai jurus dikeluarkan. Mulai dari yang logis, tigaperempat logis, setengah logis, seperempat logis, nol logis, sampai yang minus logis alias tidak logis.
Jadilah perang dunia maya yang seru, penuh warna, sensasional, dan tentu saja menghibur--bila kita melihatnya dengan kacamata santai. Tapi bila terlalu serius, maka perang maya itu bikin pusing palak, beibeh...Hahaha!
Saya membayangkan dan salut pada cara berpikir mereka yang luar biasa kreatif (out of the box) dalam menciptakan gambar meme dan diksi-diksi politis berdasarkan jalannya debat capres. Dengan jeli mereka mengambil sudut unik untuk di-explore kemudian dijadikan "peluru" perang maya, atau untuk membangun "benteng" pertahanan.
Inilah bedanya dunia maya dan dunia nyata. Separuh bahan baku dunia maya berasal dari samudra luas imaginasi dan lebatnya hutan kreatvitas. Orang boleh saja mengatakan siaran (live) Debat Capres itu tidak menarik karena sajiannya kaku, formil, dan terformat baku, serta orang-orang dan materinya "itu-itu saja".
Namun begitu, ketika segala hal di Debat Capres itu secara waktu paralel berada di dunia maya, maka semua hal yang tidak menarik itu berubah sebaliknya secara total!Â
Di sana, Debat Capres mendapatkan nyawanya. Mendapatkan habitat kehidupannya yang jauh lebih dinamis, semarak, sensasional dan dramatis.