Perhelatan kampanye Pilpres 2019 kini memasuki beberapa tahapan Debat Capres. Banyak orang yang tak sabar ingin menyaksikannya. Mereka ingin tahu, apa saja yang akan terjadi di panggung. Bagaimana penampilan Sandiaga Uno vs Ma'ruf Amin? Keduanya merupakan cawapres "anyar".Â
Sementara Jokowi vs Prabowo mungkin sudah tidak asing lagi karena keduanya sudah pernah tanding Debat Capres tahun 2014 lalu. Diperkirakan penampilan kedua capres ini tidak akan jauh beda. Eh, apa iya? Nah, nonton dulu dong, ah!
Umumnya publik menyaksikan Debat Capres lewat televisi. Jarang ada kesempatan menyaksikan langsung karena kapasitas gedung terbatas, dan yang boleh nonton pun "bukan orang sembarangan". Bila nonton lewat televisi, apa saja yang bisa disaksikan?
Tentu saja segala kejadian yang tersorot secara selektif dan terekam sebesar layar televisi. Bagaimana dengan kejadian diluar sorotan kamera televisi?
Bisa saja  terekam tak sengaja diluar kehendak (behind the scenes), namun adanya sistem selektif di ruang media kontrol, maka "yang peristiwa  diluar kehendak" tadi tak tersaji di ruang publik. Jadi, yang tersaji adalah "semua yang baku". Benarkah?
Atau bisa juga dari kamera resmi penyelenggara namun saat "on air" terjadi "kesalahan teknis" mengingat acara itu "live" sehingga tidak sempat melalui sistem editing pihak teknis penyelenggara.
Hal diluar rencana penyajian itu bisa dikatakan sebagai "behind the scenes". Seringkali kejadian "behind the scenes" ini menggemparkan publik. Jadilah  pembicaraan yang seru di dunia maya maupun nyata.Â
Beragam interpretasi, penilaian, bahkan penghakiman dari publik muncul tanpa bisa dicegah terhadap peristiwa "behind the scenes" itu.
Pada "Debat Capres 2014" lalu ada dua "behind the scenes" yang viral dan menjadi pembicaraan seru di ruang publik.Â
Yang pertama kejadian di ruang tunggu peserta debat sebelum tampil ke panggung. Terekam peristiwa Jokowi datang menghampiri Prabowo.Â
Jokowi bermaksud memberi salam "cipika-cipiki", namun bahasa tubuh Prabowo "menolaknya". Kontan saja kejadian itu menimbulkan beragam pendapat publik berdasarkan masing-masing subyektivitasnya.