Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Gegap Gempita Gairah Liga 1 Indonesia dan Kesalahan Sang Dewi Sepak Bola

9 Desember 2018   21:05 Diperbarui: 10 Desember 2018   13:04 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : twitter.com/Persija_Jkt

Ketika manajemen sepak bola tak mampu bekerja dengan totalitas, loyalitas dan integritasnya, maka sepak bola hanya bisa sampai di tingkat gairah lokal, bukan menempatkannya di posisi elit dunia.

Begitulah yang terjadi pada persepakbolaan nasional. Rasanya sulit menemukan letak kesalahan dari kusutnya permasalahan, sementara benang merah antara sepak bola dengan gairah rakyat sudah begitu nyata di depan mata. Sepak bola begitu gegap-gempita diterima dan dinikmati puluhan juta rakyat Indonesia, namun itu semua tak sejalan dengan prestasi timnas Indonesia. 

Di dalam muatan benang merah penghubung itu terdapat kelembagaaan persepakbolaan nasional beserta orang-orang didalamnya bagai berkutat di masalah itu-itu saja; skandal para elit dan gaya kepemimpinan yang tidak visioner, persaingan dan blok di  internal pengurus, dan lain sebagainya

Kalau dulu sepak bola dilahirkan di Indonesia dengan gegap gempita yang begitu besar namun nyatanya prestasinya jangankan mendunia, untuk kawasan Asia Tenggara pun sulit, maka bisa jadi dalam perjalanan sejarahnya, sepak bola tenggelam di kancah keolahragaan dunia. Itulah mengapa sang Dewi sepak bola tak mau melahirkan di Indonesia.

Keputusan sang Dewi sepak bola itu mungkin sudah tepat di satu sisi, namun di sisi lain sangat mengecewakan. Tapi entitas persepakbolaan Indonesia tidak lantas harus larut kesedihan, karena pun negara lain yang jumlah penduduknya banyak dengan gairah sepak bola yang besar bisa eksis di kancah dunia. Kita belajar dari mereka aja, ya... aku sih rapopo..

----   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun