Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Etiskah Memposting Hasil Tangkap Layar Isi Grup WhatsApp ke Medsos?

30 November 2018   05:57 Diperbarui: 30 November 2018   12:18 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa bisa demikian? Karena setiap grup WA punya kultur bercanda yang berbeda satu sama lain. Isi pembicaraan dalam grup WA tidak bisa dipahami sepotong-sepotong saja karena bisa membuat salah interpretasi. 

Dalam pembicaraan di grup WA tentunya ada "Konteks" dan "Teks". "Konteks"  merupakan hal yang  terkait tema pembicaraan, dan menjadi roh isi keseluruhan pembicaraan atau diskusi. 

"Konteks" tidak bisa dibaca sepotong-sepotong karena akan menghasilkan pengertian yang berbeda. Bila "konteks" dibaca sepotong-sepotong oleh orang lain di luar grup, bisa menimbulkan salah pengertian.  

Atau, orang lain di luar grup tidak mengerti "konteks"  pembicaraan dalam grup WA, yang berakibat pada rusaknya  image orang yang ada dalam 'tangkap layar' tersebut.

Sedangkan" Teks" adalah apa yang tertulis, diksi yang digunakan atau pemilihan kata atau kalimat dalam diskusi grup WA tersebut. Setiap orang punya cara sendiri membuat "teks" untuk mengungkapkan pemikirannya lewat kalimat yang ditulisnya. Bisa dalam bentuk yang serius, penuh humor, agak "jorok", satire, analogial, dan lain sebagainya. 

Hal inilah yang membuat sebuah pembicaraan tergantung pada "Konteks"  dan "Teks" yang saling terkait satu sama lain. Untuk memahaminya tidak bisa dipisahkan. 

Adalah sangat tidak etis bila isi pembicaraan dipotong dan dicapture untuk dipublis ke media lain yang bersifat publik seperti facebook, twitter, atau  instagram. Di media sosial publik itu latar belakang pembacanya beragam, kulturnya pun tidak sama dengan grup WA. 

Sebaiknya, isi pembicaraan dalam grup WA hanya untuk konsumsi para anggota grup WA itu saja. Tidak untuk dibawa keluar, apalagi dipublish di media publik. Kalau ndak mau, aku ya rapopo..

-- 

Peb30/11g2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun