Jadi, pada grup Whatsapp, berlaku pepatah seperti lagu Ahmad Albar ; Panggung Sandiwara. "Dunia ini panggung sandiwara. Setiap kita, punya satu peranan yang harus kita mainkan". Â
Lalu, mengapa kita bersandiwara? Ya, karena adanya tuntutan situasi sosial-budaya untuk terus membangun silaturahmi dengan individu lain, sambil tetap menjaga perasaan orang lain. Bukan hanya di grup WA saja, di dunia nyata juga demikian, bukan? Â
Teks dan Konteks dalam WA Grup
Sering saya temui capture atau hasil  screenshots (tangkap layar) dari sebuah grup WA diposting seorang kawan di facebook. Mungkin maksudnya untuk bercanda, ingin mendapatkaan respon teman-teman facebooknya.  Isi potongan pembicaraan dalam  screenshot (tangkap layar)  itu pun sesuatu yang tidak terlalu serius.Â
Kebetulan di beberapa kali screenshot itu, ada teman yang saya kenal, sebut saja Mr Anu.  Dia seorang yang sangat dihormati di lingkungan dunia nyata karena jabatan dan status yang melekat di dirinya. Dia juga anggota grup WA saya, dan dia sangat humoris. Sedangkan pemilik akun facebook itu bukan teman grup WA saya.
Isi penggalan pembicaraan Mr Anu dalam screenshot itu sangat nganu---yang tidak menggambarkan orang terhormat di lingkungannya, saking kocaknya. Saya berpikiran, andai orang di luar grup WA itu membaca screenshot itu, bisa jadi  akan mendapatkan interpretasi lain terhadap si Mr Anu tadi.Â
Ketika membaca status facebook itu, saya sudah berpikiran ini akan jadi masalah. Dan ternyata benar. Ketika komen sudah banyak, ada yang komen juga dengan bercanda menyindir soal pribadi Mr. Anu di dunia nyata. Intinya dia kaget ternyata  Mr  Anu bisa seperti itu. Maka bisa ditebak, terjadi kesalahpahaman dan konflik.
Di salah satu grup WA dimana saya menjadi admin juga pernah kejadian  seperti itu. Seorang anggota meng-screenshot (tangkap layar) penggalan  isi pembicaraan dan mempostingnya di akun  facebook miliknya.Â
Tujuan awalnya bercanda. Tapi bila isi 'tangkap layar' Â itu dibaca, maka interpretasi yang muncul di benak pembaca facebook nya akan lain dengan isi pembicaraan sebenarnya di grup WA.Â
Melihat hal tersebut, segera saya hubungi pemilik akun dan menyarankan untuk menghapus 'tangkap layar' tersebut karena bisa menimbulkan salah pengertian, sehingga berpotensi  konflik.Â
Kemudian, saya ingatkan para enggota grup WA untuk tidak membuat 'tangkap layar' Â isi pembicaraan grup untuk diposting keluar grup. Bukan apa-apa, ini untuk saling menjaga privacy para anggota grup WA, agar tidak terjadi salah pengertian di rimba media sosial luar yang seringkali "ganas dan tak bertuan".