Saat laga melawan Thailand berlangsung, penampilan Awan Setho memang tidak bagus. Dua gol Thailand setidaknya akibat blunder Awan Setho dalam mengantisipasi bola, yakni pada gol pertama dan ketiga. Sejumlah komentar di media sosial juga menyorot mentalitas Awan Setho saat bertanding. Dia nampak grogi di tengah aura tekanan berat pertandingan yang krusial. Â
Mungkinkah karena grogi tersebut, penampilannya menjadi tidak bagus? Jawabannya bisa ya, bisa tidak.
Keputusan menurunkan Awan Setho adalah tanggungjawab sepenuhnya coach Bima Sakti, seperti yang dia katakan di media usai pertandingan. Di sisi lain, seluruh pemain harus siap apapun keputusan coach Bima Sakti, baik ketika diturunkan maupun harus dibangku cadangkan.
Demikian juga kiper Awan Setho, dia tidak memilih untuk jadi starter, melainkan coach Bima Sakti lah yang memilih dia dengan suatu pertimbangan. Dan sebagai pemain, Awan Setho harus siap turun ke lapangan. Demikian sebaliknya dengan Andritany Ardhyasa harus siap duduk di bangku cadang, walau mungkin dia merasa tidak ada yang salah dalam dua laga sebelumnya yang digawanginya.
Tak heran, sebagian komentar nitizen menyorot "grogi" nya seorang Awan Setho selama laga, yang berakibat penampilannya menjadi buruk. Dia tidak sebaik saat sesi latihan yang dipikirkan Bima Sakti. Coach Bima Sakti sendiri (ternyata) tidak melihat faktor mentalitas kiper Awam Setho tersebut. Dia tetap mempertahakan Awan Setho bermain penuh selama 90 menit. Tentunya sebagai pemain, Awan Setho harus terus berada di bawa mistar gawang, apapun yang terjadi pada dirinya.
Bima Sakti perlu Dievaluasi
Mempersalahkan kekalahan Timnas Indonesia kepada kiper Awan Setho kiranya tidak tepat. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya di lapangan pertandingan, dia hanyalah seorang prajurit yang harus tunduk pada komandan. Bahkan kalau perlu, mati dilapangan pun harus dialami.
Kepemimpinan coach Bima Sakti memang perlu dievaluasi. Jam terbangnya sebagai leader pelatih tim nasional belum mumpuni, walau cukup lama menjadi asisten pelatih Timnas sekaliber Luis Milla. Namun suasana batin asisten pelatih tentu berbeda dengan pelatih kepala.
Materi pemain nasional yang diasuh Bima Sakti saat ini relatif sama dengan yang diasuh Luis Milla, namun bila pecinta timnas jeli melihat, yang membedakan hasilnya adalah mentalitas pemain dan spirit timnas Indonesia saat bertanding.  Saat diasuh Luis Milla terlihat jelas sangat kuat  sehingga mempengaruhi tetap bagusnya permainan tim saat dalam tekanan. Sedangkan pada saat diasuh Bima Sakti, hal itu tidak tampak.
Sebaiknya Bima Sakti jadi pelatih klub liga Indonesia terlebih dahulu sebelum menjadi pelatih kepala  tim nasional. Ini untuk melatih dirinya dalam banyak hal, terutama menyangkut kemampuan intuisi  dalam  melihat hal-hal non teknis pemain saat tim dalam kondisi kritis di laga krusial. Â