Timnas Indonesia akhirnya harus menelan pil pahit di laga ketiga. Mereka kalah telak 2 : 4 lawan Thailand. Tentu saja ini membuat banyak pecinta Timnas Indonesia kecewa.
Dalam laga  itu posisi Timnas Indonesia sebagai underdog alias tidak diunggulkan, mengingat track record timnas Indonesia jarang menang melawan Thailand di stadion Rajamangala, Bangkok,  Thailand.Â
Ini bukan soal klenik stadion, tapi banyak hal teknis dan non-teknis dalam Timnas Indonesia ketika (harus) berhadapan dengan Thailand yang sudah lebih banyak prestasinya di kawasan ASEAN.
Ketika sebuah tim dalam posisi underdog, maka segenap tim dan pendukung sebenarnya sudah siap dengan kekalahan. Saat turun ke lapangan, harapan menang tetap harus ada. Kalau seri sudah lumayan. Kalau kalah, mesti diterima dengan sewajarnya.
Namun nyatanya kekalahan Timnas Indonesia lawan Thailand ternyata tidak bisa diterima begitu saja oleh sebagian pendukung Timnas. Di media sosial, banyak yang mempersalahkan penampilan kiper Awan Setho.
Nama Awan Setho masuk trending topic di twitter bukan untuk dipuji, melainkan dihujat dan caci maki dengan kata-kata yang...yaa gitu deh. Demikian juga di beberapa komunitas bola di facebook, banyak komentar negatif terhadap penampilan Awan Setho.
Ketika skuat timnas diumumkan beberapa menit menjelang laga, banyak pendukung dikagetkan dengan tampilnya nama Awan Setho sebagai kiper. Mereka bertanya-tanya, kenapa harus Awan Setho yang tampil di laga penting dan berat ini? Mengapa kiper utama Andritany Ardhyasa duduk dibangku cadang?
Kiper Andritany Ardhyasa sendiri tidak sedang cidera. Penampilan dua laga sebelumnya juga tidak terlalu mengecewakan. Bahkan ketika melawan Singapura pada laga pertama, walau Indonesia kalah tapi banyak peluang Singapura yang berhasil digagalkannya. Coach Fandi Ahmad sendiri mengatakan kalau saja bukan kiper Adritany, mungkin Singapura bisa banyak mencetak gol.
Sementara saat Timnas Indonesia melawan Thailand, kiper Awan Setho baru kali itu tampil untuk piala AFF 2018, walau dia sudah pengalaman bertanding internasional di kawasan ASEAN. Tapi tidak pada even piala AFF2018 yang sedang berlangsung saat ini.
Pertanyaan soal Awan Setho itu kemudian terjawab usai laga. Coach Bima Sakti sendiri memberikan alasan menurunkan Awan Setho sebagai starter karena penampilan Awan Setho sangat baik dalam berbagai sesi latihan tim. Â Â
Saat laga melawan Thailand berlangsung, penampilan Awan Setho memang tidak bagus. Dua gol Thailand setidaknya akibat blunder Awan Setho dalam mengantisipasi bola, yakni pada gol pertama dan ketiga. Sejumlah komentar di media sosial juga menyorot mentalitas Awan Setho saat bertanding. Dia nampak grogi di tengah aura tekanan berat pertandingan yang krusial. Â
Mungkinkah karena grogi tersebut, penampilannya menjadi tidak bagus? Jawabannya bisa ya, bisa tidak.
Keputusan menurunkan Awan Setho adalah tanggungjawab sepenuhnya coach Bima Sakti, seperti yang dia katakan di media usai pertandingan. Di sisi lain, seluruh pemain harus siap apapun keputusan coach Bima Sakti, baik ketika diturunkan maupun harus dibangku cadangkan.
Demikian juga kiper Awan Setho, dia tidak memilih untuk jadi starter, melainkan coach Bima Sakti lah yang memilih dia dengan suatu pertimbangan. Dan sebagai pemain, Awan Setho harus siap turun ke lapangan. Demikian sebaliknya dengan Andritany Ardhyasa harus siap duduk di bangku cadang, walau mungkin dia merasa tidak ada yang salah dalam dua laga sebelumnya yang digawanginya.
Tak heran, sebagian komentar nitizen menyorot "grogi" nya seorang Awan Setho selama laga, yang berakibat penampilannya menjadi buruk. Dia tidak sebaik saat sesi latihan yang dipikirkan Bima Sakti. Coach Bima Sakti sendiri (ternyata) tidak melihat faktor mentalitas kiper Awam Setho tersebut. Dia tetap mempertahakan Awan Setho bermain penuh selama 90 menit. Tentunya sebagai pemain, Awan Setho harus terus berada di bawa mistar gawang, apapun yang terjadi pada dirinya.
Bima Sakti perlu Dievaluasi
Mempersalahkan kekalahan Timnas Indonesia kepada kiper Awan Setho kiranya tidak tepat. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya di lapangan pertandingan, dia hanyalah seorang prajurit yang harus tunduk pada komandan. Bahkan kalau perlu, mati dilapangan pun harus dialami.
Kepemimpinan coach Bima Sakti memang perlu dievaluasi. Jam terbangnya sebagai leader pelatih tim nasional belum mumpuni, walau cukup lama menjadi asisten pelatih Timnas sekaliber Luis Milla. Namun suasana batin asisten pelatih tentu berbeda dengan pelatih kepala.
Materi pemain nasional yang diasuh Bima Sakti saat ini relatif sama dengan yang diasuh Luis Milla, namun bila pecinta timnas jeli melihat, yang membedakan hasilnya adalah mentalitas pemain dan spirit timnas Indonesia saat bertanding.  Saat diasuh Luis Milla terlihat jelas sangat kuat  sehingga mempengaruhi tetap bagusnya permainan tim saat dalam tekanan. Sedangkan pada saat diasuh Bima Sakti, hal itu tidak tampak.
Sebaiknya Bima Sakti jadi pelatih klub liga Indonesia terlebih dahulu sebelum menjadi pelatih kepala  tim nasional. Ini untuk melatih dirinya dalam banyak hal, terutama menyangkut kemampuan intuisi  dalam  melihat hal-hal non teknis pemain saat tim dalam kondisi kritis di laga krusial. Â
Kalau usai piala AFF 2018 Bima Sakti akhirnya diganti, aku sih rapopo.....
#SaveAwanSetho
----
peb18/11/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H