Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Timnas Indonesia Kalah, Bima Sakti Tidak Peka Peringatan Awal Fandi Ahmad

10 November 2018   04:07 Diperbarui: 14 November 2018   09:20 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
coach Bima Sakti (kiri) dan Coach Fandi Ahmad (kanan), sumber gambar : bolalob.com

"Febri? Kami butuh patroli polisi untuk mengawalnya"

Dramatis. Begitulah yang terjadi. Timnas Indonesia harus kalah lawan Timnas Singapura dalam laga perdana ajang piala AFF Suzuki 2018 di stadion nasional Singapura, Jumat 9/11/2018.  Kalahnya sih tidak banyak, hanya 1 gol tanpa balas. Tapi menyakitkan. Kenapa?

Indonesia yang semula diunggulkan akan memetik point penuh di stadion nasional Singapura bermain tanpa pola yang jelas. Sebuah gaya permainan impresif yang sebelumnya sangat menakutkan tim lain sekelas Malaysia, Thailand, dan negara di luar Asia Tenggara bagai hilang ditelan Lion Star. Gaya permainan tersebut hasil olahan Luis Milla dahulu bagai senyap di keramaian suporter Indonesia yang antusias berharap timnas senior meniru sukses adik-adiknya. Bima Sakti sendiri bukan orang asing pada pola permainan itu karena dia adalah asisten mantan pelatih Luis Milla.

Soal pemilihan skuat tim secara keseluruhan tim, coach Bima Sakti bisa saja sama dengan yang dipikirkan Luiss Milla. Tapi dalam hal pemasangan formasi pemain dan taktik sebelum laga dan dalam laga yang on going, Bima Sakti kurang mampu.

Dia harusnya sudah paham cara berpikir Milla saat tim dalam kondisi kritis, yakni segera mengubah taktik permainan ketika tim mengalami kebuntuan permainan, atau sejak langkah awal merubah susunan pemain ketika rahasia dapur diketahui lawan.

Fandi Ahmad, pelatih timnas Singapura sudah mempelajari permainan timnas Indonesia. Dia pun mengakui kehebatan kecepatan dan talenta setiap pemain Indonesia. Beberapa pemain yang pernah memperkuat dari timnas U23 sudah dipelajarinya saat laga ujicoba Timnas U23 Indonesia vs Timnas U23 Singapura pada bulan Maret 2018 lalu, seperti Febri Hariyadi, Irfan Jaya, David Maulana. Selain itu juga gaya pemain lainnya seperti  Andik Vermansyah, Alberto "Beto" Goncalves dan Riko Simanjuntak. Mereka ini lah pemain yang bikin "ngeri" coach Fandi Ahmad.

Fandi Ahmad sangat paham dengan karakter dan talenta pemain-pemain Indonesia yang lebih baik dari pemain timnasnya sendiri. Untuk menghadapi hal tersebut, dia terapkan sistem bermain yang rasional  dengan cara bermain efesien. Soal minimnya talenta bisa ditutupi dengan disiplin bermain antar lini dan antar pemain dalam tim.

Satu hal lagi, dan ini sangat jitu dilakukan oleh Fandi Ahmad yaitu mengunci talenta Febri Hariyadi dan Irfan Jaya agar tak bebas berjaya. Sebelumnya, selama ini kebebasan dan impresifitas permainan kedua pemain itu sering membuat lini pertahanan lawan terpecah konsentrasinya sehingga lini tengah dan ujung tombak Stefano Lilypaly dan Beto bisa mencetak gol.

Sejak awal, secara terbuka Fandi Ahmad sudah mengatakan dia memberi perhatian khusus pada Febri Haryadi yang dianggapnya salah satu kunci penting lini depan Indonesia. Dia bahkan mengatakan bahwa dia akan menempatkan "polisi patroli" untuk mengawal Febri Hariyadi.

Fandi Ahmad tidak cuma bercanda. Dia terapkan hal itu dalam pertandingan. Dan memang terbukti selama pertandingan, Febri Haryadi menjadi "hilang gaya dan mati angin" dikawal orang suruhan Fandi Ahmad. Demikian juga yang terjadi pada Irfan Jaya, dia pun mati angin. Setiap pergerakan Febri dan Irfan selalu dijaga ketat polisi patroli barisan belakang tim Singapura. Bahkan kalau perlu dengan menjatuhkannya saat menguasai bola.

Karena memang lini sayap timnas Indonesia lah selama ini yang membuat permainan Indonesia selalu hidup. Lini sayap yang diisi oleh Febri dan Irfan merupakan lokomotif bergeraknya semua lini permainan timnas Indonesia.

sumber gambar : indosport.com
sumber gambar : indosport.com
Tak banyak pelatih yang secara fair membuka rahasia taktiknya secara terbuka sebelum laga dilakukan. Tapi hal itu tak berlalu bagi Fandi Ahmad. Pada konferensi pers ketika timnas Indonesia datang ke Singapura, taktik itu dia katakan secara terbuka.

Sayangnya, coach Bima sakti terlalu percaya diri dengan skuat pemainnya. Dia tak peka "tanda-tanda bencana" yang dikeluarkan saja Fandi Ahmad. Bima Sakti tetap saja memasang dan mengandalkan permainan sayap Febri Hariyadi dan Irfan Jaya sepanjang pertandingan walau kedua pemain itu sudah "dikunci mati"  oleh "polisi patroli" lini belakang Timnas Singapura. Akibatnya, permainan keseluruhan timnas Indonesia tidak berkembang. Tidak ada kreatifitas permainan tim. Semua lini timnas Indonesia seolah jadi ikut-ikutan hilang gaya dan mati angin.

Yang paling menggenaskan para pemain kita kemudian menjadi emosi dan gagal fokus dalam mengejar ketinggalan gol. Pemain belakang Putu Gede terkena kartu merah justru karena pelanggaran tidak perlu---yang terjadi di luar garis lapangan permainan. Konyol. Sementara David Maulana sebagai pemain pengganti di babak kedua "kelakukannya" hampir membuat baku hantam para pemain kedua tim justru pada penghujung waktu permainan akan berakhir. Sebuah sisa waktu pendek yang tersia-sia padahal selama ini bisa dimanfaatkan timnas kita.  Miris.

Ketidakpekaan Bima Sakti sejak awal laga terhadap peringatan Fandi Ahmad berakibat buruknya permainan ala Luis Milla dalam diri Timnas Indonesia yang selama ini sudah khatam. Dan akibat lainnya, timnas Indonesia bukan hanya kalah gol dan kehilangan angka, tapi juga kalah cerdas dalam taktik, serta kalah hati terbuka dalam melihat segala tanda-tanda peringatan lawan.

Masih ada waktu untuk coach Bima Sakti  berbenah, mengevaluasi taktik bermain tim asuhannya. Timnas Indonesia masih akan berlaga melawan  3 tim lagi, yakni lawan Timor Leste, Filipina, dan Thailand. Dan tim terberatnya adalah Thailand. Coach Bima Sakti diharapkan bisa lebih terbuka dalam melihat segala tanda-tanda lawan sebelum bertanding agar Timnas kita bisa berjaya dalam setiap laga tersisa. Semoga bisa menambah point maksimal dan lolos ke babak berikut.

Khusus dalam hal kekalahan lawan Singapura, sebagai pencinta timnas Indonesia, saya  tidak pernah mau mengatakan "aku sih rapopo".

----

Peb, pedukung garis keras timnas Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun