Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Stop Politisasi Gempa Lombok!

6 Agustus 2018   02:45 Diperbarui: 6 Agustus 2018   09:33 1432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : kompas.com

Namun nyatanya hingga kini gempa seringkali terjadi mendadak, saat masyarakat wilayah itu sedang beraktifitas baik di rumah, kantor, pusat perbelanjaan, dan fasilitas publik lainnya. Pada situasi itu, ilmu pengetahuan gempa yang disosialisasikan kepada publik "hanya bisa" memberi tips-tips langkah darurat yang harus diambil masyarakat saat sedang terjadi gempa. Tips dari ilmu pengetahuan gempa tersebut bertujuan meminimalisir jumlah korban akibat gempa, bukan meniadakan gempa dan akibat yang ditimbulkannya.

Kedua, gempa dikaitkan dengan kepemimpinan nasional. Tersebar tulisan di medsos bahwa gempa Lombok "akibat" sikap terbaru politik  TGB (Tuan Guru Bajang), gubernur NTB, yang mendukung Jokowi untuk Pilpres 2019, sebelumnya beliau diposisikan bukan pendukung Jokowi. 

Pengkaitan musibah gempa dengan sikap politik gubernur itu sama sekali tidak berdasar. Persoalan dunia politik, gubernur, presiden, atau kepemimpinan nasional lainnya tak ada kaitanya dengan penyebab terjadinya musibah gempa.

sumber gambar : kompas.com
sumber gambar : kompas.com
Gempa merupakan fenomena alam. Wilayah Nusa Tenggara Barat dan Timur (NTB dan NTT), pulau Bali dan sekitarnya secara geologis dan geografis memang berada di wilayah rawan gempa, baik gempa vulkanis--dengan adanya gunung berapi, serta gempa tektonis--dengan letaknya di zona patahan bumi. 

Menurut penjelasan resmi Kepala Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Prof. DR.Ir Dwikorita Karnawati, Gempa yang kemarin terjadi (Minggu malam 5/8/2018) merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas patahan naik atau sesar naik Flores. Mekanisme sumbernya menunjukkan gempa tersebut dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik. (sumber berita)

Gempa itu berkekuatan 7 SR dari kedalaman 15 km. Pusat gempa 18 km Barat Laut Lombok Timur NTB. Gempa hari Hari Minggu kemarin merupakan  gempa bumi utama dari satu rangkaian dengan gempa 6,4 SR pekan lalu. 

Dari penjelasan ilmiah tersebut, apa kaitannya dengan "manuver politik" dan "kepemimpinan nasional"? Tidak ada!

Sejak Indonesia masih berbentuk Hindia Belanda (pemerintahan Kolonial Belanda) kemudian setelah merdeka dipimpin presiden Soekarno hingga presiden selanjutnya sampai Jokowi saat ini, sejumlah gempa bumi pernah terjadi di wilayah negara kita. Wilayah itu memang "sudah ditakdirkan" secara geologis-geografis berada di zona rawan gempa. 

Jepang yang tergolong negara maju dan makmur dengan situasi politik relatif stabil saja terkena musibah gempa yang tak bisa diperkirakan sebelumnya.

Gempa terjadi bukan karena "siapa presidennya" dan bukan "kemana manuver politik gubernurnya", melainkan karena fenomena alam yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan secara pasti. 

Jadi, hentikanlah mem"politisasi" musibah gempa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun