Namun nyatanya hingga kini gempa seringkali terjadi mendadak, saat masyarakat wilayah itu sedang beraktifitas baik di rumah, kantor, pusat perbelanjaan, dan fasilitas publik lainnya. Pada situasi itu, ilmu pengetahuan gempa yang disosialisasikan kepada publik "hanya bisa" memberi tips-tips langkah darurat yang harus diambil masyarakat saat sedang terjadi gempa. Tips dari ilmu pengetahuan gempa tersebut bertujuan meminimalisir jumlah korban akibat gempa, bukan meniadakan gempa dan akibat yang ditimbulkannya.
Kedua, gempa dikaitkan dengan kepemimpinan nasional. Tersebar tulisan di medsos bahwa gempa Lombok "akibat" sikap terbaru politik  TGB (Tuan Guru Bajang), gubernur NTB, yang mendukung Jokowi untuk Pilpres 2019, sebelumnya beliau diposisikan bukan pendukung Jokowi.Â
Pengkaitan musibah gempa dengan sikap politik gubernur itu sama sekali tidak berdasar. Persoalan dunia politik, gubernur, presiden, atau kepemimpinan nasional lainnya tak ada kaitanya dengan penyebab terjadinya musibah gempa.
Menurut penjelasan resmi Kepala Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Prof. DR.Ir Dwikorita Karnawati, Gempa yang kemarin terjadi (Minggu malam 5/8/2018) merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas patahan naik atau sesar naik Flores. Mekanisme sumbernya menunjukkan gempa tersebut dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik. (sumber berita)
Gempa itu berkekuatan 7 SR dari kedalaman 15 km. Pusat gempa 18 km Barat Laut Lombok Timur NTB. Gempa hari Hari Minggu kemarin merupakan  gempa bumi utama dari satu rangkaian dengan gempa 6,4 SR pekan lalu.Â
Dari penjelasan ilmiah tersebut, apa kaitannya dengan "manuver politik" dan "kepemimpinan nasional"? Tidak ada!
Sejak Indonesia masih berbentuk Hindia Belanda (pemerintahan Kolonial Belanda) kemudian setelah merdeka dipimpin presiden Soekarno hingga presiden selanjutnya sampai Jokowi saat ini, sejumlah gempa bumi pernah terjadi di wilayah negara kita. Wilayah itu memang "sudah ditakdirkan" secara geologis-geografis berada di zona rawan gempa.Â
Jepang yang tergolong negara maju dan makmur dengan situasi politik relatif stabil saja terkena musibah gempa yang tak bisa diperkirakan sebelumnya.
Gempa terjadi bukan karena "siapa presidennya" dan bukan "kemana manuver politik gubernurnya", melainkan karena fenomena alam yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan secara pasti.Â
Jadi, hentikanlah mem"politisasi" musibah gempa!