Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebangkitan Perempuan yang Duduk di Cafe

1 April 2018   15:30 Diperbarui: 1 April 2018   15:53 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katanya ; "Saya dari tadi di sini, tapi tak melihat Tuhan."

Hahahahaha! Niko dan perempuan itu sama-sama tertawa.

Suasana yang tadinya kaku menjadi cair. Mereka kemudian terlibat pembicaraan akrab. Sesekali keduanya tertawa. Perempuan itu banyak menceritakan masalah hidupnya. Tentang masalah pelik dikantor, keluarga, dan kekuatiran-kekuatirannya akan masa depan. 

Semua itu tidak pernah dia sampaikan ke kawan atau saudaranya karena dia tidak yakin mereka bisa menjaga rahasia hidupnya. Sampailah malam itu dia duduk sendiri di cafe itu.

Selama pembicaraan, Niko lebih banyak sebagai pendengar, sesekali bertanya atau menanggapi sebagai respon dirinya pada perempuan itu. 

Tak terasa malam makin larut. Perempuan ingin pamit. 

"Sudah malam, saya pamit dulu." kata perempuan itu.

"Silahkan. Saya mungkin sebentar lagi." tukas Niko.

"Oh ya, kita belum kenalan, dari tadi banyak bicara tapi saya tidak tahun nama anda." kata perempuan itu.

"Anda sudah banyak cerita masalah anda. Saya pikir kita tak perlu tahu nama. Anda tak ingin ada teman atau saudara anda yang tak bisa menjaga rahasia hidup anda, bukan?"

Keduanya tertawa dalam suasana yang akrab. Usai berjabat tangan, perempuan itupun pergi. Namun baru satu langkah, Niko memanggilnya kembali dan perempuan itu pun menoleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun