Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Dijadikan Wapres Jokowi akan Hasilkan Medan Magnet Politis Baru

7 Maret 2018   07:52 Diperbarui: 7 Maret 2018   13:44 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : merdeka.com

Wacana menjadikan Prabowo wakil Presiden mendampingi Jokowi sedang hangat didengungkan. Kedua tokoh ini merupakan dua kutub yang punya medan magnet besar dan jangkauannya  luas dalam semesta politik negeri ini.  Kutub mereka diposisikan berseberangan. Inilah yang sering jadi persoalan  perpolitikan  Jaman Now di negeri ini yang bikin  suasana kehidupan tingkat akar rumput bagai terbelah mengikuti kekuatan kedua kutub tersebut.

Namun bisakah teori Kutub Magnet sepenuhnya disematkan pada Prabowo dan Jokowi? 

Kutub magnet terdiri dari magnet elementar yang tersusun rapi. Didalamnya terdapat susunan atom yang "tidak mau" berubah atau bersifat tetap pada kutubnya. Pada dua batang magnet, antar kutub tak senama akan tarik menarik sedangkan terhadap kutub senama akan tolak menolak. Uniknya, bila sebuah batang magnet permanen dipotong maka masing-masing potongan akan menghasilkan dua kutub. Nah! 

Gaya tolak menolak pada magnet bersifat tetap. Andaikata dipaksakan menyatu, sifatnya hanya mendekat, tidak akan bisa menyatu secara elementer. Untuk mendekatkannya, hal paling sulit adalah membuat jangkar yang kuat untuk menahan gaya tolak menolak yang tidak henti terjadi. Kalau jangkarnya lemah, maka kedua kutub yang didekatkan tadi akan mental! Ini melawan kodrat hukum alam kutub magnet.

Sementara kutub politik merupakan entitas yang unik. Saking uniknya, politik bisa memakai analogi apapun untuk mencapai tujuan. Kutub senama atau tak senama sama saja, bisa tarik menarik atau justru dibikin tolak menolak. Pada kasus-kasus tertentu, politik bisa seakan melawan hukum alam.

Kutub magnet politik beserta elemennya bisa berubah sesuai kesepakatan baru dalam pencapaian tujuan berdasarkan dimensi waktu, ruang dan elemen-elemen atom didalamnya yakni para pelaku beserta publik awam politik itu sendiri. Hal itu karena politik tak ada yang bersifat tetap. Orang bilang seperti cairan, mengalir dan bisa dibentuk mengikuti wadah baru. Wadah itu tak lain adalah kepentingan tersebut. 

Upaya menyatukan kutub Prabowo dengan kutub Jokowi, ibarat menyatukan dua kutub tak senama. Dalam teori magnet, seharusnya keduanya akan terus menerus tarik menarik. Dan dalam politik kutub tak senama bisa diupayakan menjadi kekuatan besar setelah didekatkan. Medan magnet keduanya pun bisa diatur mengikutinya untuk menjadi energi besar. Uniknya, kutub tak senama Prabowo dan Jokowi justru tolak menolak! Atau sebenarnya keduanya merupakan dua kutub senama? 

Dalam politik, keluwesan entitasnya tak berarti sepenuhnya menghasilkan penyatuan medan magnet yang saling menguatkan beserta elementer magnetnya. Elementer magnet itu adalah publik politik atau para pendukung. 

Bila ditinjau dari asal-usul dan sejarahnya, umumnya setiap tokoh politik sifat awalnya adalah non-magnetik. Dulu si Tokoh  bukanlah siapa-siapa. Dalam perjalanannya, konsep diri non-magnetik ini kemudian membawa sifat magnet elementer yang bersifat acak. 

Magnet Prabowo dan Jokowi adalah sebuah hasil rekayasa magnetik, atau magnet yang dibentuk. Ibarat sebuah kayu yang digosok-gosok pada bidang tertentu akhirnya kayu itu menjadi medan magnet. Pun bila antar dua kayu berbeda digosok maka keduanya bisa menjadi medan magnet. Magnet elementer yang terkandung di dalam dimasing-masing kayu yang tadinya tak searah atau acak bisa menjadi searah atau teratur.

Menggosok Prabowo dengan Jokowi secara intens maka keduanya akan menjadi medan magnet yang sama-sama kuat! Heu heu heu...Itulah yang terjadi dalam politik kontemporer negeri ini.

Dulu Jokowi bukan siapa-siapa, demikian juga Prabowo. Saat itu mereka bukanlah  kutub magnet politik nasional. Setelah berjalannya waktu dan adanya peristiwa serta berbagai proses rekayasa politis maka jadilah keduanya kutub beserta medan magnet yang kuat! 

Sebelumnya, ada satu masa keduanya menjadi kutub magnet senama. Namun ada satu masa berikutnya menjadi kutub tak senama. Hal tersebut merupakan  salah satu proses pembentukan medan  magnet bagi kedua tokoh itu. Uniknya,  hal itu mirip prinsip magnetik yakni bila sebuah badan magnet di potong maka masing-masing potongan akan menghasilkan dua kutub berbeda.

Didalam medan magnet Jokowi dan Prabowo terdapat sifat acak dan keteraturan magnet elementer. Ini soal politis, yang bisa diterjemahkan sebagai ideologi atau fanatisme publik politis atau para pendukung militannya. 

Pada ementer magnet yang bersifat acak, penyatuan Prabowo dengan Jokowi akan menghasilkan keteraturan baru yang mendukung keduanya sebagai satu kutub berkekuatan besar. 

Lalu, bagaimana dengan bagian pada masing-masing sifat magnet elementer yang sudah kadung teratur dan rapat?  

Disinilah persoalanya, baik Prabowo maupun Jokowi sebagai kutub magnet tak akan mampu menghasilkan medan magnet yang sepenuhnya bisa diatur. Atau dengan kata lain, magnet elementer yang sudah kadung teratur tadi akan tetap sebagai dua kutub berbeda dan terus menerus saling tolak menolak. Dan ini merupakan "kutub baru" di luar kuasa Prabowo maupun Jokowi.

Gaya yang dihasilkan oleh kedua kutub itu masing-masing bersifat tetap. Kata bang Togel ; "kagak ade matinye!" Gaya kedua nya menjadi kekuatan tersendiri, yang bila tidak ditempatkan pada ruang magnet khusus atau dilakukan rekayasa magnet politis tertentu maka akan selalu  mengganggu kekuatan penyatuan magnet Prabowo dengan Jokowi.

Jokowi dan Prabowo dahulu merupakan dua kayu purba yang oleh masing-masing proses pembentukan magnetik yang panjang, keduanya menjadi dua batu magnet berbeda kutub. Kali ini kompromi politis sekalipun tak akan mengubah kedua batu magnet itu menjadi kayu kembali. 

Hal paling krusial diperlukan adalah membuat jangkar yang kuat di kedua sisi, baik Prabowo maupun Jokowi untuk menahan daya tolak magnet keduanya agar tetap berdampingan saja. Jangkar itu merupakan hasil rekayasa engineering politis yang "extra ordinary". 

Jangan berharap Jokowi-Prabowo kemudian bisa sepenuhnya menyatu seperti Dilan dan Milea yang romantis, melainkan seperti Air dan Minyak yang tenang dan tampak indah mengilap, namun sewaktu-waktu bisa terbakar. 

Semoga pembaca tidak pusing baca artikel ini karena pada prinsipnya setiap orang adalah elementer magnetik pada suatu kutub politik. Nah, tinggal berkaca saja, apakah om/tante naga-naganya elementer magnet acak atau teratur? Heu heu heu...

---- 

Peb2018

Baca juga ; JK Dukung Jokowi pada Pilpres2019 sebagai Politik Mandi Bersih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun