Dulu Jokowi bukan siapa-siapa, demikian juga Prabowo. Saat itu mereka bukanlah  kutub magnet politik nasional. Setelah berjalannya waktu dan adanya peristiwa serta berbagai proses rekayasa politis maka jadilah keduanya kutub beserta medan magnet yang kuat!Â
Sebelumnya, ada satu masa keduanya menjadi kutub magnet senama. Namun ada satu masa berikutnya menjadi kutub tak senama. Hal tersebut merupakan  salah satu proses pembentukan medan  magnet bagi kedua tokoh itu. Uniknya,  hal itu mirip prinsip magnetik yakni bila sebuah badan magnet di potong maka masing-masing potongan akan menghasilkan dua kutub berbeda.
Didalam medan magnet Jokowi dan Prabowo terdapat sifat acak dan keteraturan magnet elementer. Ini soal politis, yang bisa diterjemahkan sebagai ideologi atau fanatisme publik politis atau para pendukung militannya.Â
Pada ementer magnet yang bersifat acak, penyatuan Prabowo dengan Jokowi akan menghasilkan keteraturan baru yang mendukung keduanya sebagai satu kutub berkekuatan besar.Â
Lalu, bagaimana dengan bagian pada masing-masing sifat magnet elementer yang sudah kadung teratur dan rapat? Â
Disinilah persoalanya, baik Prabowo maupun Jokowi sebagai kutub magnet tak akan mampu menghasilkan medan magnet yang sepenuhnya bisa diatur. Atau dengan kata lain, magnet elementer yang sudah kadung teratur tadi akan tetap sebagai dua kutub berbeda dan terus menerus saling tolak menolak. Dan ini merupakan "kutub baru" di luar kuasa Prabowo maupun Jokowi.
Gaya yang dihasilkan oleh kedua kutub itu masing-masing bersifat tetap. Kata bang Togel ; "kagak ade matinye!" Gaya kedua nya menjadi kekuatan tersendiri, yang bila tidak ditempatkan pada ruang magnet khusus atau dilakukan rekayasa magnet politis tertentu maka akan selalu  mengganggu kekuatan penyatuan magnet Prabowo dengan Jokowi.
Jokowi dan Prabowo dahulu merupakan dua kayu purba yang oleh masing-masing proses pembentukan magnetik yang panjang, keduanya menjadi dua batu magnet berbeda kutub. Kali ini kompromi politis sekalipun tak akan mengubah kedua batu magnet itu menjadi kayu kembali.Â
Hal paling krusial diperlukan adalah membuat jangkar yang kuat di kedua sisi, baik Prabowo maupun Jokowi untuk menahan daya tolak magnet keduanya agar tetap berdampingan saja. Jangkar itu merupakan hasil rekayasa engineering politis yang "extra ordinary".Â
Jangan berharap Jokowi-Prabowo kemudian bisa sepenuhnya menyatu seperti Dilan dan Milea yang romantis, melainkan seperti Air dan Minyak yang tenang dan tampak indah mengilap, namun sewaktu-waktu bisa terbakar.Â
Semoga pembaca tidak pusing baca artikel ini karena pada prinsipnya setiap orang adalah elementer magnetik pada suatu kutub politik. Nah, tinggal berkaca saja, apakah om/tante naga-naganya elementer magnet acak atau teratur? Heu heu heu...