Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Selamat Datang Tiga Klub "Tradisional Zaman Old" di Liga Bergengsi Indonesia

29 November 2017   02:17 Diperbarui: 24 Februari 2018   00:32 5593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini klub-klub yang dulunya tergabung di "perserikatan' kini tak lagi amatiran dan tidak dibiayai APBD daerahnya. Mereka telah menjadi klub profesional murni, dari segi pembiayaan dan kepengelolaaan dalam kompetisi sepak bola Indonesia masa kini, baik di kasta Liga 1 maupun Liga 2. Namun "nafas perserikatan" yang pernah membesarkan nama mereka tetap dibawa dalam bentuk nama klub untuk meraih pendukung tradisional mereka yang turun temurun.

Final pertandingan Perseritakan tahun 1985 antara PSMS Medan vs Persib Bandung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan dipenuhi hingga 150 ribu penonton.Pertandingan itu sampai ditunda sampai 20 menit karena penonton meluber hingga sentelban lapangan. Pertandingan itu pun dicatat AFC sebagai laga amatir yang paling banyak ditonton di dunia! Sumber gambar : goal.com
Final pertandingan Perseritakan tahun 1985 antara PSMS Medan vs Persib Bandung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan dipenuhi hingga 150 ribu penonton.Pertandingan itu sampai ditunda sampai 20 menit karena penonton meluber hingga sentelban lapangan. Pertandingan itu pun dicatat AFC sebagai laga amatir yang paling banyak ditonton di dunia! Sumber gambar : goal.com
Fanatisme Daerah dalam Mendukung Klub

Dalam hal pendukung fanatik, kompetisi Perserikatan berbeda dengan Galatama. Pendukung klub Galatama tidak seramai dan tidak sefanatik perserikatan.

Klub bola yang murni profesional bisa berpindah-pindah homebase (markas)sesuai pencapaian prestasi atau kepentingan bisnis mereka. Sementara klub yang berlatar belakang nama perserikatan "terikat mati" dengan daerah asalnya, apapun nasib atau pencapaian prestasi mereka, mereka tidak pindah homebase (markas). Kedua hal tersebut menjadi salah satu pembeda terbentuknya fanatisme pendukung klub.

Auora kompetisi perserikatan sangat besar dan kuat dari para pendukungnya yang fanatik, bukan hanya didaerahnya semata melainkan tersebar di seantero nusantara. Tiap daerah hampir pasti ada orang Surabaya (Jawa Timur) yang cenderung mendukung Persebaya, orang Jawa Tengah cenderung mendukung PSIS, dan orang Sumatera Utara mendukung PSMS. Sehingga dimanapun mereka bertanding pasti para pendukungnya ramai dan heboh. Apalagi bila perhelatan final kompetisi perserikatan diadakan di Jakarta--dimana banyak orang daerah (kaum urban dan keturunannya) tinggal di Jakarta.

Walau pendukung ketiga klub itu fanatismenya berdasarkan kedaerahan, namun hal itu tidak menjadikan terpecahnya rasa persatuan dan kesatuan Indonesia.

Hal ini cukup unik karena ketika gelaran kompetisi perserikatan berlangsung dari awal sampai babak final, suasana persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga dengan erat. Tidak ada 'perang suku/etnis' hanya karena kalah bertanding bola. Aura pesta sepak bola perserikatan justru mampu menjadi pesta bersama seluruh rakyat Indonesia--yang mempererat persatuan dari perbedaaan-perbedaan yang ada di negeri ini.

Selamat datang Persebaya Surabaya, PSMS Medan dan PSIS Semarang di kompetisi Liga 1 periode mendatang--sebuah kompetisi sepak bola profesional dan modern yang tak lagi amatiran seperti era 80-an. Semoga dengan kehadiran tiga klub tradisional ini sepak bola nasional makin semarak, dan tak lupa tetap membawa spirit persatuan dan kesatuan bangsa.

Salam persatuan dalam sepak bola nasional!

Peb29/11/2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun