Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kecelakaan Setnov, Panggung Pesta Kebohongan Publik yang Menindas Kemalangan

19 November 2017   00:13 Diperbarui: 19 November 2017   00:53 3327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto tiang lampu jalan yang ditabrak mobil Setnov, sumber foto ;Sumber gambar : https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2017/11/17/540e275f-e45b-473f-aa26-db90be2cae6d_169.jpg?w=650&q=90

Mereka tak lagi memerlukan kebenaran faktual apakah tiang listarik atau tiang lampu. Bagi mereka hal tersebut tak lagi penting atau sama saja, yang terpenting adalah kepuasan tertangkapnya Setnov. 

Perayaan hasrat dan dendam yang meniadakan realitas faktual merupakan pembohongan. Mereka beramai-ramai membohongi diri sendiri--yang kemudian disadari namun tidak untuk diralat. 

Perayaan Hasrat Dendam

Perayaan hasrat itu merupakan fenomena masyarakat posmodern. Bagi posmodernitas, yang terpenting adalah apa yang ada dipermukaan, bukan pada kedalaman. Ketika permukaan itu mampu membawa kesenangan bersama maka salah dan benar tak punya batas yang jelas. Bila arus publik menganggap benar maka tanpa perlu lagi melihat kembali secara kritis. 

Meme dan tulisan satire dengan peran utama si tiang listrik sudah terlanjur viral. Dan viralitas itu adalah kesenangan bersama yang tidak bisa lagi diganggu-gugat. 

Dendam publik pada rekam jejak Setnov di ranah korupsi dan hukum sejak lama bikin geram publik mendapatkan momentum bersama munculnya sang bintang keliru yakni tiang listrik, bukan tiang lampu. 

Sayang sekali, momentum itu dicederai nomenklatur keliru tanpa sikap kritis yang (sejatinya) bisa cepat mengubah kekeliruan tersebut tanpa menghentikan pesta. Artinya, perayaan hasrat publik tak lebih sebuah perayaan kekeliruan atas sebuah kesalahan. 

Dendam koletif publik memang mengerikan. Namun yang lebih mengerikan adalah penciptaan pesta bersama yang meniadakan realitas faktual hanya karena arus emosi bersama. Bagaimana tidak ngeri bila pesta itu dilakukan diatas panggung kebohongan sendiri sembari menindas musibah penderitaan Setnov.

Kalau sudah begitu, apa beda kita dengan "kelakuan" Setnov?

---- 

Pebrianov 18/11/2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun