Tiang listrik kini jadi terkenal, setelah Setnov 'berhasil ditangkap' usai kecelakaan menabrak "tiang listrik". Tak lama setelah kejadian, di dunia maya muncul berbagai celoteh dan gambar "meme" yang bernuansa sindirian, satire dan lucu. Di dunia maya itu publik 'bersorak sorai dan berpesta" Â merayakan "kembalinya Setnov" setelah beberapa jam menghilang ketika rumahnya "diseruduk" KPK.Â
Oleh publik, tiang listrik dijadikan bintang panggung, sementara Setnov hanya pemain figuran. Dengan cara itu publik memposisikan Setnov sebagai pesakitan yang paling hina sekaligus menghibur.
Cukup mengherankan ketika nama Tiang listrik muncul sebagai bintang padahal kenyataan di lapangan tiang lampu lah yang ditabrak mobil  Setnov. Kenapa Tiang Listrik yang jadi terkenal di panggung dunia maya?Â
Tiang listrik berbeda dengan tiang lampu walau tempatnya sama-sama di tepi jalan. Tiang listrik merupakan tiang untuk menambat jaringan kabel listrik dari satu titik ke titik lain pada jarak tertentu. Yang mencolok secara fisik adalah banyak jaringan kabel "bersliweran" di atas tiang listrik. Kadang ada juga tiang listrik dicantolkan lampu jalan, namun tetap saja disebuat tiang listrik karena faktor kabel itu lebih dominan. Selain itu pemilik atau penanggung jawab tiang listrik adalah PLN sebagai pihak berwenang bidang jaringan listrik umum. (baca klarifikasi PLN)
Sementara tiang lampu merupakan tiang khusus untuk tambatan lampu penerang di ruang outdoor. Pada kasus Setnov, tiang lampu itu "milik" PJU dibawah tanggungjawab dinas PU pemerintah kota/provinsi DKI Jakarta.
Ada beberapa kemungkinan. Pertama, sumber pemberitaan awal media mainstream yang keliru menuliskan tiang lampu sebagai tiang listrik. Kedua, netizen tidak bersikap kritis terhadap berita awal yang mereka dapatkan. Ketiga, netizen sadar awalnya keliru, namun mereka tidak perduli.
Kecelakaan Setnov jadi Faktor Sexy
Setnov merupakan publik enemy yang "ditemukan" kecelakaan. Ketika berita awal muncul, tercipta secara cepat dan dominan eforia netizen. Antara kaget dan senang. Senang karena Setnov yang DPO akhirnya tertangkap. Kaget karena Setnov ternyata kecelakaan, bukan tertangkap seperti biasa yang dilakukan KPK. Faktor kecelakaan bukan membuat publik jadi kasihan, empati atau berduka seperti halnya sikap umum terhadap orang yang ditimpa musibah kemalangan. Publik justru seolah "mensyukuri" kemalangan Setnov!Â
Dunia maya menyediakan ruang ekspresi publik untuk "mensyukuri" kecelakaan Setnov, suasana syukur itu laksana pesta besar. Publik netizen segera menciptakan panggung, dan menjadikan Tiang Listrik tadi sebagai bintang panggungnya.
Dalam arus cepat  viralitas berita dan eforia, publik mengalami "trance". Mereka tak lagi tak lagi bersikap kritis. Mereka tak merasa perlu melihat sumber berita utama, baik tulisan berita maupun gambar beserta keterangan yang menyertainya. Kekritisan publik "hilang" tersebab terlanjur girang gembiraÂ
Mereka tak lagi memerlukan kebenaran faktual apakah tiang listarik atau tiang lampu. Bagi mereka hal tersebut tak lagi penting atau sama saja, yang terpenting adalah kepuasan tertangkapnya Setnov.Â
Perayaan hasrat dan dendam yang meniadakan realitas faktual merupakan pembohongan. Mereka beramai-ramai membohongi diri sendiri--yang kemudian disadari namun tidak untuk diralat.Â
Perayaan Hasrat Dendam
Perayaan hasrat itu merupakan fenomena masyarakat posmodern. Bagi posmodernitas, yang terpenting adalah apa yang ada dipermukaan, bukan pada kedalaman. Ketika permukaan itu mampu membawa kesenangan bersama maka salah dan benar tak punya batas yang jelas. Bila arus publik menganggap benar maka tanpa perlu lagi melihat kembali secara kritis.Â
Meme dan tulisan satire dengan peran utama si tiang listrik sudah terlanjur viral. Dan viralitas itu adalah kesenangan bersama yang tidak bisa lagi diganggu-gugat.Â
Dendam publik pada rekam jejak Setnov di ranah korupsi dan hukum sejak lama bikin geram publik mendapatkan momentum bersama munculnya sang bintang keliru yakni tiang listrik, bukan tiang lampu.Â
Sayang sekali, momentum itu dicederai nomenklatur keliru tanpa sikap kritis yang (sejatinya) bisa cepat mengubah kekeliruan tersebut tanpa menghentikan pesta. Artinya, perayaan hasrat publik tak lebih sebuah perayaan kekeliruan atas sebuah kesalahan.Â
Dendam koletif publik memang mengerikan. Namun yang lebih mengerikan adalah penciptaan pesta bersama yang meniadakan realitas faktual hanya karena arus emosi bersama. Bagaimana tidak ngeri bila pesta itu dilakukan diatas panggung kebohongan sendiri sembari menindas musibah penderitaan Setnov.
Kalau sudah begitu, apa beda kita dengan "kelakuan" Setnov?
----Â
Pebrianov 18/11/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H