Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kepemilikan Harta Sejarah dan Bangkrutnya Jamu Cap Nyonya Meneer

7 Agustus 2017   05:44 Diperbarui: 8 Agustus 2017   14:18 7497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam upaya pengembangan industri jamu modern, jamu Cap Potret Nyonya Meneer telah menggali lebih dalam dan luas segala pengetahuan tradisi leluhur, kemudian mereka "rekam" sebagai modal pengembangan industri jamu. Selama hampir 100 tahun hal itu mereka lakukan, artinya sudah banyak pengetahuan leluhur yang semula hanya beredar dan diketahui para orang tua lama kemudian oleh Perusahaan Cap Potret Nyonya Meneer dijadikan data dan referensi yang tersimpan dan jadi "rahasia perusahaan". Data itu terstruktur dan jadi materi yang sangat penting sejarah negeri ini. 

Secara ekonomi dan hukum, perusahaan jamu "Cap Nyonya Meneer" telah bangkrut dan terpaksa berhenti, namun penghargaan perlu diberikan kepada mereka yang telah berkiprah hampir satu abad lamanya dalam kiprah menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya leluhur bangsa. 

Hal tak kalah pentingnya bahwa mereka memegang bukti-bukti sejarah itu. Pertanyaan kemudian adalah ; setelah perusahaan "mati", apakah "rahasia perusahaan" dalam hal ramuan atau racikan tanaman obat-obatan yang mereka "lestarikan sejak dahulu" itu bisa diketahui dan dimiliki masyarakat luas layaknya masyarakat masa kini dan masa depan belajar dan dapatkan pengetahuan dari musium dan catatan sejarah? Dalam koteks ini kiranya pemerintah perlu melakukan sesuatu demi pembelajaran sejarah tanaman dan racikan obat-obatan tradisional bangsa Indonesia. 

Mari kita lihat perkembangannya di waktu mendatang.

----- 

Peb7/08/2017

Referensi berita ; Satu, Dua, Tiga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun