Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Emak Tetap di Pasar

23 April 2017   21:40 Diperbarui: 24 April 2017   08:00 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Lieta, emak tak pernah bisa benci bapakmu. Dipasar itu emak dan bapakmu mulai kenal dan kemudian merintis hidup, mulai dari jualan di emperan beralaskan tikar sampai punya kios sendiri. Setelah itu bapakmu baru ikut pak Djohar kerja kontraktor di luar kota.

"Tapi mak, laki-laki itu telah mengkhianati kita!" Nada suara Lieta meninggi penuh emosi.

"Cinta emak begitu besar walau pernah dikhianati. Emak selalu dapatkan cinta bapakmu di suasana pasar tradisional itu. Dengan cinta itulah emak semangat bekerja dan membesarkan kamu dan dua adikmu."

Mendadak Lieta jadi lemas. Tubuhnya seolah tak bertulang.
Kata-kata emak itu seolah tombak yang menghujam Ulu hatinya.
Masih dia ingat wajah bapaknya yang pergi begitu saja saat dia masih SMP, sementara dua adiknya masih kecil.
Terbayang muka ketus bu Sukma yang pernah menghina dirinya karena miskin dan tidak pantas jadi kekasih Erwin-anaknya. Terbayang wajah Erwin yang telah merenggut kegadisannya sebelum ujian akhir kemudian kuliah keluar negeri atas desakan keluarganya.
Secara samar muncul wajah pak Widjaya-owner perusahan tempat dia bekerja. Muncul wajah sejumlah klien dan top manager rekanan kantornya. Mereka adalah para orang penting yang pernah tidur dengannya. Dia lakukan demi kemudahan mencapai jenjang karier hingga saat ini.

Semua itu adalah tumpukan dendam yang jadi bahan bakar Lieta memacu gerbong ambisi jadi wanita karier yang sukses. Dan itu semua kini telah ada di depan matanya.

-----

 

Peb23/04/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun