Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Emak Tetap di Pasar

23 April 2017   21:40 Diperbarui: 24 April 2017   08:00 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu tidak bantu juga ndak apa-apa. Emak paham kesibukan kerjamu. Pulang sudah malam, pagi harus berangkat. Kantormu ada aturan. Kamu ndak usah kuatir, Liet..."

Lieta diam. Dia berpikir untuk membujuk emak.

"Emak sudah merasa nyaman di pasar pagi itu, Liet....Semua disana sudah seperti saudara emak. Lagian kerjanya ndak berat. Siang emak sudah dirumah." kata emak.

"Kalau bikin kios di depan rumah tetap punya kegiatan juga kan, Mak..." Sahut Lieta.

"Beda, Liet..."
Kalimat emak seolah terpotong. Matanya kembali menerawang ke luar, seolah tak ingin menatap wajah anak gadisnya itu.

"Apa bedanya, mak? Di kios ini juga bisa punya kegiatan yang menghasilkan uang. Tak beda di pasar itu, mak.."

"Bukan itu Liet..l". Kali ini ditatapnya mata anaknya itu. Mata emak mulai berkaca-kaca.

"Di pasar itu, Emak bisa selalu bertemu Bapakmu".

Lieta kaget.
"Mak, Bapak sudah lama meninggal. Dan dia laki-laki tak bertanggung jawab telah tinggalkan kita begitu saja bersama janda kaya itu"

Emak terdiam. Sulit rasanya dia berkata.

"Aku benci dengan bapak, mak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun