Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Cobloslah Nomor Dua!

15 Februari 2017   08:12 Diperbarui: 15 Februari 2017   09:29 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Huss! Jangan kampanye di hari pencoblosan. Pamali, tau!
Eh, sebentar. Ini bukan kampanye tapi sumbang saran.

"Ayo, datanglah ke TPS anda. Jangan malas. Jangan apatis. Anda punya hak dan kewajiban di situ. Ketika di bilik TPS, segera coblos nomor dua!"

Huss! Pagi-pagi sudah melakukan pemaksaan, bisa diangkap hansip, tau! Setiap orang sudah punya pilihan, jangan pengaruhi mereka. Ndak etis, tau!

Ini bukan paksaan, tapi sumbang saran. Orang baik tak pelit beri sumbangan.

"Ayo, dipilih...dipilih...sayang anak, sayang istri, sayang daerah, sayang negara. Mari pak, bu, teh, aa, om, tante, jangan ragu dan tepikan rasa bimbang, segara coblos nomor dua!"

Huss! Jangan berlaku murahan gitu....bikin ilfil, tau!
Ini bukan murahan. Masa 5 tahun ke depan itu mahal, tau!

Apa sih maumu? Bikin malu saja!

Saya maunya para pemilih mencoblos nomor dua. Itu saja. Tapi kalau mereka tidak mau, ya sebaiknya tetap mencoblos nomor dua sehingga mereka paham akan mau. Saya tidak malu, kok....saya kan tidak bikin janji-janji kosong, tidak mencuri, tidak berdusta, tidak melanggar aturan. Saya tidak bikin malu lagi karena sudah lama punya malu.

Iih, sebel deh!

Eiits, jangan sebel baca tulisan picisan ini. Biar ndak sebel, segera coblos nomor dua ! Kelak kau akan rasakan manfaatnya yang luar biasa. Selamat mencoblos nomor dua.

-----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun