"Mak, aku juga dulu orang kampung. Tapi toh sekarang aku bisa hidup di kota Metropolitan ini. Disini jauh nyaman, Mak. Apa yang kudapatkan sekarang juga hasil Lalu-lalang itu."
"Pokoknya Emak tetap di kampung sampai mati, Din. Kau tak usah kuatir, para tetangga sudah jadi sudara kita yang akan menjaga dan merawat Emak.
"Tapi, Mak.."
"Din, disini dunia serasa sempit dan sesak. Tak seluas di kampung. Kau urus saja dirimu sebagai manusia Lalu-lalang. Emak tak bisa jadi Manusia Lalu-lalang."
Dino terdiam. Hilang kata. Tenggorokannya bagai tercekat. Dilihatnya Emak masih memandangi orang dan kendaraan di jalanan sibuk itu.
Dino tak tahu, Emak bisa melihat dirinya sendiri diantara manusia Lalu-lalang itu. Emak melambai- lambaikan tangannya sambil berteriak-teriak tanpa seorang pun perduli karena sibuk mempertahankan diri sebagai Manusia Lalu-lalang.
------
Peb-Gambir 03/01/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H