Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kompasianer Akan Menuntut Kompasiana Error

22 November 2016   05:05 Diperbarui: 22 November 2016   08:52 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Bagaimana itu terjadi, pak?” Tanya reporter Es Teh Tipi

“Sudah jangan banyak tanya, pokoknya kami menuntut kang Pep karena dia telah menistakan libido menulis. Kompasiana Eror melulu sampai ke pulau sewu sehingga kami bisa menuntaskan Libido? Bayangkan, betapa terhinanya kami ! Ini penzoliman. Ini tidak adil!" Suara menggelegar dari Felix anarkis. Terlihat hidung besarnya kembang-kempis karena penuh dendam. Sementara janggutnya melambai laksana daun kelapa di pantai.

“Tapi pak, bukankah kang pep sedang mencalonkan diri menjadi ketua Kompasiana untuk kedua kali?” tanya reporter dari Kran tipi.

“Itu dia, dibalik usaha mulia ini kami tak ingin dia jadi ketua Kompasiana lagi. Makanya kami tuntut untuk diproses hukum.”

“Lho, pak...bukankah kang pep sudah meminta maaf lewat media bahwa Kompasiana error karena mengalami optimasi sistem?” tanya reporter itu lagi.

“Enak aja minta maaf, tak usyaah yaa...emang eiyke cowok apaan?....dalam kamus kami tak ada kata berdamai dan maaf atas penistaan itu. Pokoknya kang pep harus salah.” Kata Felix anarkis.

Lebih lanjut dia katakan; “Mohon dipahami, tuntutan kami itu hanya modus saja, yang kami inginkan sebenarnya adalah kang pep tak boleh ikut pemilihan ketua Kompasiana. Paham?....dan harus diingat bahwa kami berlandaskan prinsip “pokoknya” !!....jadi biarpun sudah diproses hukum, pokoknya kang pep harus dihukum sebelum pemilihan! "

Terdengar teriakan rombongan di belakang Felix anarkis: Hukum!! Hukum...yeaagghh!!

"Maaf pak, Pokok atau Popok?" Tanya reporter Mitro tipi. 

"Dengar, ya..saya ulangi ; 'Popok nya harus dihukum!! Sekalai lagi..Popoknya harus dihukum! Catat itu. Paham?!!" Teriak Felix secara anarkis.

“Besok kami akan melakukan demo besar-besaran di taman lawang. Demo itu akan diikuti oleh ratusan ribu penulis yang merasa dinistakan karena tidak bisa login. Pemberitahuan ini sekaligus sebagai undangan kepada semua orang. Catet itu !!” seru Felix anarkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun