Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kompasianer Akan Menuntut Kompasiana Error

22 November 2016   05:05 Diperbarui: 22 November 2016   08:52 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya, iyalah...masak iya, dong!" kata Mike tak mau kalah bersuara keras. Sambil tak lepas dia memainkan ujung rambutnya.

"Kukira kali ini Kompasiana tak akan bisa lolos!!" Teriak Aji sambil mengacungkan tangannya, tapi habis itu suaranya hilang.

Tanpa Mike dan Felix sadari, saat teriak tadi, rokok dibibir Aji tadi tertelan olehnya. Akibatnya, dia keselek dan hilang suara. Mtanya melotot seperti ikan mas Koki, sambil dia memegang lehernya karena kesulitan bernafas. Aji blingsatan sendiri tanpa diketahui Felix dan Mike. Sengaja Aji tak memberi tahu mereka karena malu. Sebagai intelektual sarung, adalah aib bila keselek rokok sendiri. Jadi faham ‘mendem Jero ben isin dewe’ adalah prinsip yang dia pegang teguh. Untunglah, mendekati injury time, Aji berhasil membebaskan rokok yang bersarang ditenggorokanya. Rokok itu meluncur ke lambung dengan damai dan in-telek.

Draft tuntutan yang diketik Aji akhirnya selesai. Kemudian dia print-out beberapa rangkap.

"Guru, Draft sudah selesai!" Kata Aji kepada Felix.
"Haah? Selesai? Cepat kali kau!!" bentak Felix secara anarkis.

Mendengar itu, Mike mendongakkan wajahnya. Dia tertawa keras seperti Mak Lampir ; "wkwkwkwkwkwkwk!....sukurin emang enak kalo cepet selesai?"

"Haaah tak usah buang tisu, segera kita berangkat untuk mengajutan tuntutan. Segera kontak beberapa kawan hebat dan awak media nasional untuk bergabung. Kita ketemu di tekapeh!” Perintah Felix sembari ngelap ilernya yang muncrat ke janggutnya pakai tangan.

Ketiga orang itu tiba di Bar Es Cream. Tampak beberapa tokoh terkenal garang yang mendampingi mereka seperti Jos Rampisela, Susy, Elde, Rudi Geron, Axtea, Wara Katumba, Mawalu, dan beberapa orang lainnya. Mereka semua merupakan tokoh penting yang mempunyai idealisme sebagai pembela kaum penulis picisan di negeri ini. Mereka beranggapan kaum penulis selama ini dizolimi. Teori-teori menulis dari langit selalu mereka kemukakan dalam pembelaan mereka. Itulah yang membuat mereka selalu disegani, bahkan ditakuti karena hanya merekalah yang punya otoritas teori itu.

Usai dari ruang Bar Es Cream, rombongan itu sudah ditunggu awak media di luar gedung. Mereka dikerubuti para awak media. Tampak sebagian besar media nasional ada di situ, seperti Jampes tipi, Mitro tipi, tipi Wanz selalu beda, Es Teh tipi, Receh tipi, Kran tipi, dan sejumlah media online seperti petik.com, rompas.com, tempe.com dan banyak lagi.

“Apa maksud kedatangan tim ke Bar Es Cream, pak?’’ Tanya salah satu awak media Jampes tipi.

Felix sang pemimpin bersuara anarkis ;
“Kami menuntut Kompasiana diproses hukum karena telah menistakan libido menulis para Kompasianer!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun