Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setelah 4 November Anies dan Agus Jangan Lagi ''Jualan Es Dimusim Hujan''

4 November 2016   00:38 Diperbarui: 4 November 2016   01:25 6363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agus Yudhoyono

Pasangan Cagub Agus-Silvy adalah pendatang baru di ruang publik Pilkada DKI. Karena mereka berdua 'produk' kejutan di injurry time pendaftaran KPU, sangat wajar langkah mereka untuk 'curi' start kampanye tidak sebesar yang telah dilakukan Ahok dan Anies. Dari sisi ini Agus 'dirugikan' nasib. Namun di sisi lain justru bisa menguntungkan.

Satu hal yang menguntungkan adalah, mereka 'jauh dari kritik' dan penilaian (vonis) publik akan program kerja mereka. Tidak seperti Anies-Sandi yang sudah lebih dulu melangkah, tapi masih dianggap 'dangkal'. Waktu 'kampanye' yang ada pada mereka  kemarin-kemarin seperti disia-siakan.

Agus-Silvy hadir sebagai 'cagub culun', sebuah labeling underdog yang sebenarnya bisa menguntungkan, yakni bila mereka mampu memunculkan konsep pembangunan Jakarta yang lebih hebat disertai parameter langkah yang jelas maka elektabilitasnya akan mendekati Ahok. Dan bukan tidak mungkin melewati Ahok!
Publik ingin mengetahui itu semua sebagai 'alternatif unggulan' selain 'jualan' Ahok-Djarot yang sudah terbukti.

Usai pendaftaran di KPU, harusnya Agus-Silvy tancap gas dengan program kerja yang jelas. Bukan lagi memperkenalkan diri karena secara de jure dan ex-officio selaku Cagub resmi, pendaftaran di KPU itu sudah mempopulerkan namanya, selain nama besar SBY dan Demokrat di belakangnya.

Hal yang terjadi, Agus tak beda dengan Anies-Sandi yang keasikan memperkenalkan diri. Seolah apa yang melekat di dirinya tak cukup untuk dikenal publik. Dia memisahkan program kerja hebat dengan 'temu fans'. Padahal kedua hal bisa disatukan, atau justru mengedepankan program kerja hebat dengan begitu nama akan dikenal publik. Sekali dayung dua pulau terlampaui.

Satu hal yang sampai kini 'tidak menonjol' dari dibandingkan Anies-Sandi yakni ; Agus jarang mengomentari hasil kerja Ahok sang Petahana untuk meraih simpati publik.

Agus dan Anies di Musim Hujan Ahok

Selaku Petahana, sadar atau tidak, kekuatan Ahok adalah pada program kerja yang sudah dilakukannya untuk DKI. Sangat lumrah berkampanye membawa 'kelanjutan program kerjanya' karena Ahok adalah 'Petahana yang Bekerja', sebuah situasi dan kondisi yang juga dialami para petahana bekerja di wilayah lain dalam menghadapi Pilkada.

Untuk mengalahkan Ahok dimata publik, maka para penantang sejatinya menawarkan Konsep baru dan mempublish langkah-kangkah kongkret. Ini lebih realistis dicerna oleh publik Jakarta.

Bila kampanye hanya diisi dengan mengomentari hasil kerja Ahok, maka Anies dan Agus tak lebih para penjual es di musim hujan. Tak ada publik yang haus dan ingin minum. Kedua pasanganpenatanga Ahok itu sebaiknya menawarkan makanan yang hangat agar publik merasa nyaman di tengah hujan deras Ahok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun