"Oh, ya. Terimakasih sudah mau menemuiku. Senang bisa kenal denganmu" Kataku.
"Iya, abang...aku juga suprised bisa bertemu abang. Ini kubawakan Wine yang kujanjikan. Wine ini hasil produksiku sendiri. Kuharap abang bisa menikmatinya."
Kutatap matanya saat menyodorkan botol Anggur itu. Matanya bulat seperti buah anggur ranum. Aku takjub.
Mata bulat itu membalas tatapanku. Botol anggur itu masih dia pegang saat kuterima. Tiba-tiba, tubuhnya Deta perlahan meleleh, kemudian mengalir masuk ke botol itu. Aku sedikit panik, tapi kupastikan orang-orang disekitar ruang Lobby itu berlaku biasa-biasa saja. Seperti tak terjadi sesuatu yang luar biasa.
Seminggu sudah kuteguk Wine pemberian Deta tanpa sisa. Tapi aneh, aku masih mabuk. Tiap pijakan langkahku terasa mengambang, tak bisa membedakan ruang maya atau nyata. Wine itu menelikung kesombongan intelektual. Aku pikir inilah ketololan yang paling manis.
-----
Peb2/11/2016
Â
Â
Fiksi ini ditulis untuk Komunitas Fiksi RTC
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H