Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Akankah SBY Naik Panggung Kampanye Anaknya pada Pilgub DKI?

19 Oktober 2016   20:48 Diperbarui: 20 Oktober 2016   11:12 2573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : cdn.klimg.com

Agus Harimurti Yudhoyono - putra  mantan presiden SBY -  sudah resmi jadi Cagub DKI 2017. Banyak orang kaget ketika nama Agus Yudhoyono jadi Cagub karena dia orang baru dalam politik. Banyak kalangan menganggap dia masih 'ingusan'. Tadinya perwira TNI aktif, kemudian atas 'panggilan hati nurani' dia melepaskan dinas ketentaraan untuk terjun ke politik dan langsung jadi Cagub pada Pilgub DKI- yang disebut-sebut sebagai Pilgub rasa Pilpres.

Seru dan dramatis ketika dengan kalimat terbata-bata haru serta mata berkaca-kaca dia memberi sambutan singkat pada pencalonannya di KPU.  Semula banyak orang menduga dia 'dipaksa' SBY (ayahnya) untuk terjun ke politik. Mata publik pun tertuju pada Agus karena ingin tahu pernyataannya.  Kini sudah terjawab, bahwa Agus terjun ke politik karena 'panggilan hati nuraninya sendiri’, bukan desakan Ayah dan Ibunya atau para politisi yang dekat ayahnya.

Tim pemenangan Agus-Silvy (wakilnya) sudah dibentuk dan sejumlah artis akan dilibatkan untuk kampanye.  Hal yang jadi pertanyaan; walau Agus jadi Cagub DKI bukan atas desakan ayahnya, apakah ayahnya yang politikus dan mantan presiden dua periode itu akan lepas tangan serta membiarkan Agus ‘berjuang  sendirian’ dalam kampanye?

sumber gambar :statik.tempo.co
sumber gambar :statik.tempo.co
Banyak orang menduga adanya peran sang Ayah dibalik majunya Agus. Kemungkinan SBY selaku Ayah dari Agus akan terjun langsung 'mengurus' anaknya yang masih 'ingusan itu. Dasar pertimbangannya adalah;

Pertama, tanggung jawab Ayah pada Anak

SBY sebagai ayah yang berpengalaman dalam politik tentu punya tanggung jawab mendukung sang Anak meraih ‘cita-cita di bidang politik’, khususnya jadi Gubernur DKI Jakarta. Pak SBY akan berperan sebagai mentor politik Agus. Mungkin akan muncul pepatah kontemporer; ‘Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih Ayah sepanjang kampanye, heu..heu...’

Kedua,  majunya Agus adalah representasi pengaruh SBY dibidang politik

Setelah tak lagi menjabat presiden, SBY tidak ingin tenggelam begitu saja dari kancah politik nasional. Dia tidak ingin melepaskan diri dari riuh panggung  politik, dan hingga kini masih aktif di partai Demokrat. Pada sejumlah dinamika issue-issue aktual negara, SBY masih di posisi sekitar  panggung.  Namun itu dirasa tidak cukup. Dia ingin berada diatas panggung selaku eksekutor. Situasi rasional dan terdekat yang memungkinkan adalah menghadirkan Agus - anaknya - yang memiliki track record akademis dan karier tentara yang cemerlang. Soal ‘ingusan’ di bidang politik bisa SBY  ‘up-grade’ langsung kepada Agus setiap waktu. Bagi Pak SBY ini kesempatan bagus dan bisa memuaskan ‘libido kekuasaan dan politiknya’ yang belum padam di kancah politik nasional.

Ketiga, persaingan tiga kutub politik

Tak bisa dipungkiri, pilgub DKI punya ‘gengsi'  tersendiri dan jadi  panggung politik nasional. Didalam konstelasinya ada  ‘seteru klasik‘ pak SBY, yakni Megawati dan Prabowo yang masing-masing secara langsung juga mengusung Cagubnya. Kedua ‘seteru klasik’ itu berperan besar sebagai ‘king maker’ dan lokomotif pemenangan Cagubnya.  Ini merupakan ‘kelanjutan’ persaingan politik ketiga orang tokoh tersebut usai Pilpres 2014 lalu. Secara tidak langsung telah terbentuk tiga kutub politik tingkat elit di negeri ini. 

Ketika Megawati dan Prabowo ‘ikut sibuk ngurus Pilkada DKI’, masak sih SBY diam saja? Tentunya Pak SBY juga ingin tetap eksis di kutup elit itu atas nama kepentingan dan keprihatianan akan nasib bangsa dan negara Indonesia tercinta. Apalagi kini anaknya yang maju sebagai Cagub DKI yang harus dimenangkan. ‘Sudah terlanjur basah ya.... mandi sekalian’.  Bukan begitu?  Heu heuheu...

Keempat, Adu 'Gengsi Dinasti  Politik ‘

Sudah menjadi rahasia umum adanya ’persaingan pribadi nan abadi’ antara SBY dan Megawati. Peristiwa politik masa lalu antara keduanya menjadikan relasi politik kedua tokoh itu tidak harmonis,  bahkan merambah ke relasi pribadi. Megawati dan SBY diketahui publik saling tidak tegur sapa.

Megawati memiliki trahpolitik yang panjang dan menjadi bagian sejarah negeri ini. Dari ayahnya  (Ir Soekarno-proklamator dan presiden pertama RI), Megawati, suami (alm. Taufik Kiemas) dan anaknya (Puan Maharani) berkecimpung di politik nasional. Kini SBY nampaknya sedang  ‘membangun hal yang sama’. Kombinasi semua itu memunculkan persaingan ‘gengsi keluarga politik’ di  tingkat elit negeri ini. Puan Maharani, anak Megawati masih aktif di struktur pemeritahan Jokowi.  Sementara dari keluarga SBY tidak ada. Ibas anak bungsunya yang diharapkan bisa eksis tampaknya tidak bisa tampil optimal di panggung politik nasional, maka ketika Pilgub DKI rasa Pilpres akan diadakan bisa menjadi momen tepat menghadirkan anggota baru dari keluarga SBY di pentas politik elit negeri ini.

Dinamika ‘gengsi keluarga politik’ tersebut  sangat menarik karena dari segi jumlah keluarga inti, SBY lebih unggul di kancah Pilgub DKI. Mulai dari SBY sendiri, Bu Ani Yudhoyono, Ibas dan Agus. Jadi, sebagai sebuah keluarga politik mereka sangat lengkap. Belum lagi ditambah para paman yakni Agus Hermanto-adik SBY, Pramono Edhi Wibowo-adik bu Ani serta  kerabat dekat SBY lainnya yang berada di tingkat elit partai Demokrat. Sementara pihak keluarga Megawati tinggal dua orang yang eksis, yakni Megawati sendiri dan anaknya, Puan Maharani. Anak Megawati yang lain tidak terlalu menonjol. Begitu juga dengan adik beradiknya. Bahkan Rachmawati - sang adik - seringkali berseberangan politik dengan Megawati.

sumber gambar :beritajawabarat.files.wordpress.com
sumber gambar :beritajawabarat.files.wordpress.com
Kelayakan dan kepantasan ‘keluarga politik’

Kalau kelak SBY naik panggung kampanye Pilgub DKI 2017 beserta seluruh keluarganya untuk mendukung Agus Yudhoyono akan menjadi sebuah ‘tontoan politik’ yang menarik. Bisa jadi tak kalah menariknya dibanding sinetron dan infotainmen yang sekarang marak di televisi nasional. Keluarga SBY merupakan  sebuah keluarga inti yang utuh dan kompak dalam berpolitik.  Secara ‘positive thingking’ akan menjadi contoh solidnya sebuah keluarga dalam relasi internal dan dalam berpolitik di satu era yang sama. Apa yang mereka lakukan sah-sah saja secara hukum karena mereka sebagai pribadi dan warga negara punya hak politik yang sama dengan warga lainnya di negeri ini. Mereka layak dan pantas melakukannya sejauh tidak ada rambu hukum dan demokrasi yang dilanggar.

Tampilnya SBY di panggung kampanye beserta keluarga inti di Pilkada DKI 2016 bisa dicatat MURI  sebagai sesuatu yang  ‘unik’. Hal ini juga sebagai catatan sejarah bangsa yang kelak bisa dijadikan pembelajaran penting masa kini dan masa depan.

Selamat mengamati...

-----

Peb 19/10/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun