Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasiana Nangkring "Tambang untuk Kehidupan" Membuka Satu Folder Sejarah yang Terbenam

17 Oktober 2016   17:57 Diperbarui: 13 November 2016   03:09 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya pada masa itu di internal pegawai Poesat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG) sangat meragukan integritas Arie Frederik Lasut karena dia adalah orang Manado yang dianggap ‘punya kedekatan emosional’ dengan Belanda sehingga diduga pro-Belanda. Disisi lain, pihak Belanda mengetahui bahwa Arie Frederik Lasut adalah orang yang dianggap banyak tahu banyak tentang dokumen penting geologi dan sumberdaya mineral itu. Pada masa sebelum Belanda dikalahkan Jepang, Arie F. Lasut adalah anak didik pemerintah Belanda pada masa pembentukan lembaga Dienst van den MijnbouwArie bekerja di lembaga itu dan disekolahkan sampai menjadi Asisten Geolog.

Itulah salah satu bagian dinamika internal PDTG yang menarik. Arie Frederik Lasut mampu membuktikan dirinya sebagai patriot bangsa dalam menjaga dokumen-dokumen penting geologi dan sumberdaya mineral yang jadi tanggungjawabnya. Dalam masa berpindah-pindah untuk menyelamatkan dokumen itu, dan adalah Arie F. M Lasut sebagai kepala PDTG adalah orang yang jadi incaran pasukan Belanda. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 dia diculik dan dibunuh pasukan Belanda. Dia gugur sebagai pahlawan dan dimakamkan di Desa Pakem, Yogyakarta. Tahun 1969 Arie Frederik Lasut dianugrahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno.

Sejak gugurnya Are Frederik Lasut dan hengkangnya Belanda dari Indonesia tahun 1949 setelah Konferensi Meja Bundar, pemerintah Indonesia tetap menempatkan urusan Tambang sebagai bagian penting di struktur pemerintahan negara. Tahun 1952 Jawatan dan Geologi yang pada saat itu berada di Kementerian Perindustrian, berdasarkan SK Menteri Perekonomian no. 2360a/M Tahun 1952, diubah menjadi Direktorat Pertambangan yang terdiri atas Pusat Jawatan Pertambangan dan Pusat Jawatan Geologi.

Sekembalinya seluruh domumen yang terpencar itu ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI. Hal ini terbukti pada tahun 1960, Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno.

Melihat film sejarah tambang di acara Kompasiana ‘Nangkring Tambang untuk Kehidupan ‘ telah  membuka mata lebih lebar adanya peran tambang sebagai domain lain di sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa yang selama ini tidak tampak dan seolah terbenam di perut bumi oleh peran wacana perjuangan agraris. Semoga artikel ini bisa sedikit berperan jadi pembuka catatan-catatan yang lebih besar dikemudian hari tentang satu bagian sejarah perjuangan yang lama terbenam.

Sejarah tambang Indonesia yang terkait erat dengan perjuangan kemerdekaan memiliki dinamika sangat menarik. Akan sangat menarik lagi bila ada pihak produser atau sutradara yang mau mengangkatnya jadi filem layar lebar seperti film-film komersial lainnya yang bersetting sejarah perjuangan bangsa.

Karaterisktik dan romantika di dunia tambang bisa  menjadi 'nilai jual' yang bisa menarik kaum generasi muda. Ini akan jadi film komersial sekaligus memuat sisi edukasi sejarah bangsa. Saya mau kok jadi bintang utama film itu bersama Vonny Cornelia. Heu heu heu...! Eeiitts....ngaca dulu, aaah! Kalo enggak, bisa panas dalam, euy...! Celeguk....

---------

Peb17/10/2016

Sumber Referensi Tambahan 

[caption caption="Dua Kompasianer Luana Yunaneva dan kawannya di acara nangkring Kompasiana Tambang untuk Kehidupan. Inikah 'Bakal Calon' Bintang filem Tambang' ? Heu heu heu...! II sumber gambar ; Luana Yunaneva"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun