Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Rentan Mengalami Perlakuan Politik 'Sudden Death'

30 September 2016   09:30 Diperbarui: 30 September 2016   16:50 3515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="sumber gambar ; https://cdn.tmpo.co/data/2015/11/26/id_458263/458263_620.jpg"][/caption]

Ahok merupakan petahana gubernur paling seksi di jagat berita politik negeri ini. Kebijakannya, gaya kepemimpinan tanpa kompromi, model komunikasi politik yang tidak biasa serta latarbelakang pribadinya adalah keseksian yang membuat mata para pesaing politiknya dan masyarakat bagai dibuat tak berkedip. Ahok menjadi sosok pro-kontra yang menghadirkan kontroversialitas di dalam masyarakat dan patron politik negeri ini.

Pilkada DKI2017 Ahok kembali mencalonkan diri. Penantangnya yakni Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono. Kedua orang itu sosok pemimpin yang relatif 'masih culun' dalam politik.

Anies sosok pemimpin yang gerakanya dominan bersifat moral dan humanistik. Anies belum pernah memimpin suatu wilayah lewat jalur politis. Agus Yudhoyono seorang pemimpin di ketentaraan. Entitas tentara berbeda dengan politik. Dunia tentara sangat hirarkis dan bersifat 'garis komando'. Seorang pemimpin (komandan) harus tunduk mutlak pada pemimpin diatasnya. Bandingkan dengan dunia politik yang relatif egaliter dan demokratis.

[caption caption="sumber gambar ; http://cdn-media.viva.id/thumbs2/2016/09/05/57cd643308cde-ahok-ikuti-sidang-lanjutan-gugatan-cuti-kampanye_663_382.jpg"]

[/caption]

Sementara Ahok sudah terlatih di birokrasi dan politik yang penuh intrik. Dalam pergaulan politik dia dibentuk iklim egaliter dan pragmatisme. Dalam birokrasi dia jadi puncak hirarki pengambil keputusan. Itulah yang membuat sosok seorang Ahok tampak berbeda dibandingkan kedua penantangnya tersebut.

Kiprah politik Ahok bermula jadi anggota DPRD Bangka Belitung, kemudian jadi Bupati, anggota DPR-RI sampailah pada jabatan Gubernur yang sekarang. Pengalaman panjang itu membentuk dirinya sebagai sosok pelaku politik dan birokrasi seperti sekarang ini.

Selama menjabat gubernur, Ahok bagai tak putus mengalami tekanan politis berkaitan dengan kepemimpinanya serta setting pribadinya. Muncul pro dan kontra yang melahirkan kontroversialitas di tengah masyarakat. Namun Ahok tidak goyah sedikitpun. Justru elektabilitasnya menjadi tinggi.

Pertanyaannya, apakah semua itu akan membuatnya mudah memenangkan Pilkada DKI ini? Jawabannya relatif.

Permainan Politik

Ada satu bagian permainan politik bisa menimpa Ahok sehingga jadi drama politik dan cerita ironi.

Sebagai petahana yang melahirkan kontroversialitas, Ahok adalah 'sasaran tembak' politik dari berbagai penjuru dengan rentan waktu yang relatif lama. Disisi lain, pribadinya sangat reaksioner. Dia jarang 'diam' ketika 'diserang' dalam bentuk tudingan, dugaan, tuduhan, labeling dan fitnah. Hal tersebut menjadikan Ahok sebagai sosok yang mudah terbaca oleh para lawan politiknya.

Rangkaian serang politik yang diterimanya di satu sisi menjadi medan latihan dirinya sebagai pelaku politik dan pemimpin birokrasi, Namun di sisi lain menjadi peta dirinya yang terbuka dan mudah dibaca banyak orang, khususnya pesaing politiknya. Mereka telah menjelajahi segala sudut tentang Ahok. Mereka bisa secara lengkap melakukan 'Test the water' libido politik Ahok. Sebaliknya, Ahok tidak mendapatkan hal yang sama secara utuh dari pesaingnya.

Dalam politik, pada tataran ikon (antara tokoh kontestan) akan tampak bersahabat di ranah publik. Image demokrasi yang fair bisa mereka tunjukkan demi citra positif dimanat masyarakat. Begitu juga dua pesaing Ahok kali ini. Mereka adalah dua orang tokoh yang dikenal bersih dan intelektual. Sangat kecil kemungkinan mereka punya 'pemikiran dan perintah' untuk melakukan cara-cara kotor dalam persaingan Pilkada kali ini.

Namun dibalik itu, ada gerakan-gerakan di luar struktur komando resmi tokoh Pemenangan. Mereka khusus bergerak dengan caranya. Mereka adalah kumpulan orang antidemokrasi-demokrasi yang tidak fair.

Dengan referensi tentang Ahok yang telah dimiliki, mereka punya bom waktu yang akan diledakkan pada masa menjelang pencoblosan. Oleh kelompok tersebut, Ahok dibawa ke permainan politik 'Sudden Death'

Bom waktu itu akan membuat masyarakat yang semula bersimpati pada Ahok akan berbalik arah. Sementara Ahok yang terkenal sangat reaksioner tak punya cukup waktu untuk melakukan klasifikasi. Bagaimana bentuknya? Tentu saja masih rahasia sampai kelak digunakan.

Satu contoh pada tataran pemilu tingkat desa atau dusun ada gerakan serangan fajar membagikan uang sekaligus intimidasi untuk memenangkan salah satu kandidat. Kandidat yang semua diperkirakan menang bisa 'keok' hanya dengan peristiwa-gerakan singkat jelang pencoblosan. Untuk cara 'klasik-tradisional' seperti ini relatif sulit dilakukan pada Pilkada DKI karena faktor jumlah pemilih yang besar.

Contoh lain dalam skala besar adalah pilpres2014 lalu yang dialami Jokowi. Ditengah kampanye sopan, muncul kampanye hitam di luarr perkiraan yang sempat menggoyahkan simpatisan Jokowi. Muncul isu Jokowi Cina-Kristen-Keturunan PKI, dan sejumlah fitnah bagai bom waktu yang bikin bingung publik. Tentu saja ini dilakukan di luar struktur resmi kelompok pemenangan.

Untunglah momentum ledakan 'bom fitnah' itu tidak tepat. Masih ada cukup waktu kubu Jokowi melakukan klasifikasi di tengah masyarakat. Selain itu sifat Jokowi yang tidak reaksioner menjadikan bom itu tidak menjadi 'Sudden Death' baginya.

Simpan Sifat Reaksinoner-Reaktif sampai Finish?

Pada Pilkada DKI2017 nanti cara-cara serupa mungkin akan dilakukan. Sudah banyak 'test the water' telah lawan politik lakukan sejak jauh hari. Dari hal tersebut, mereka telah temukan satu konsep ledakan 'bom' pada 'Sudden Death'. Dengan pemahaman bahwa Ahok sangat reaksioner, maka bom itu adalah gabungan ledakan amunisi dan reaksi blunder Ahok sendiri. Hal serupa juga berlaku bila ada kelompok pendukung Ahok diluar struktur komenda yang melakukan hal yang sama.

Saat hal itu terjadi, tak banyak waktu untuk berbenah di ujung waktu jelang pencoblosan sehingga membuat masyarakat yang semual simpati pada Ahok segera mengalihkan pilihan awal.

Salah satu cara menghadapi permainan 'Sudden Death' adalah Ahok harus mengkondisikan dirinya tidak reaksioner. Dia harus menggiring permainan lawan tetap dengan waktu normal, bukan injuri time hasil rekayasa lawan politiknya.

Betul pesan canda dokter pada Ahok saat pemeriksaan kesehatan para cagub beberapa hari lalu ; Ahok harus puasa bicara sejak sekarang. Simpan sifat reaktif-reaksioner, dan biarkan masyarakat menilai sendiri situasinya. Toh, integritas Ahok sudah dikenal publik. Dengan begitu, Ahok tak terjebak permainan politik 'Sudden Death' yang bisa mengubur mimpi kemenangan Ahok.

------

Peb30/09/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun