Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Rentan Mengalami Perlakuan Politik 'Sudden Death'

30 September 2016   09:30 Diperbarui: 30 September 2016   16:50 3515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai petahana yang melahirkan kontroversialitas, Ahok adalah 'sasaran tembak' politik dari berbagai penjuru dengan rentan waktu yang relatif lama. Disisi lain, pribadinya sangat reaksioner. Dia jarang 'diam' ketika 'diserang' dalam bentuk tudingan, dugaan, tuduhan, labeling dan fitnah. Hal tersebut menjadikan Ahok sebagai sosok yang mudah terbaca oleh para lawan politiknya.

Rangkaian serang politik yang diterimanya di satu sisi menjadi medan latihan dirinya sebagai pelaku politik dan pemimpin birokrasi, Namun di sisi lain menjadi peta dirinya yang terbuka dan mudah dibaca banyak orang, khususnya pesaing politiknya. Mereka telah menjelajahi segala sudut tentang Ahok. Mereka bisa secara lengkap melakukan 'Test the water' libido politik Ahok. Sebaliknya, Ahok tidak mendapatkan hal yang sama secara utuh dari pesaingnya.

Dalam politik, pada tataran ikon (antara tokoh kontestan) akan tampak bersahabat di ranah publik. Image demokrasi yang fair bisa mereka tunjukkan demi citra positif dimanat masyarakat. Begitu juga dua pesaing Ahok kali ini. Mereka adalah dua orang tokoh yang dikenal bersih dan intelektual. Sangat kecil kemungkinan mereka punya 'pemikiran dan perintah' untuk melakukan cara-cara kotor dalam persaingan Pilkada kali ini.

Namun dibalik itu, ada gerakan-gerakan di luar struktur komando resmi tokoh Pemenangan. Mereka khusus bergerak dengan caranya. Mereka adalah kumpulan orang antidemokrasi-demokrasi yang tidak fair.

Dengan referensi tentang Ahok yang telah dimiliki, mereka punya bom waktu yang akan diledakkan pada masa menjelang pencoblosan. Oleh kelompok tersebut, Ahok dibawa ke permainan politik 'Sudden Death'

Bom waktu itu akan membuat masyarakat yang semula bersimpati pada Ahok akan berbalik arah. Sementara Ahok yang terkenal sangat reaksioner tak punya cukup waktu untuk melakukan klasifikasi. Bagaimana bentuknya? Tentu saja masih rahasia sampai kelak digunakan.

Satu contoh pada tataran pemilu tingkat desa atau dusun ada gerakan serangan fajar membagikan uang sekaligus intimidasi untuk memenangkan salah satu kandidat. Kandidat yang semua diperkirakan menang bisa 'keok' hanya dengan peristiwa-gerakan singkat jelang pencoblosan. Untuk cara 'klasik-tradisional' seperti ini relatif sulit dilakukan pada Pilkada DKI karena faktor jumlah pemilih yang besar.

Contoh lain dalam skala besar adalah pilpres2014 lalu yang dialami Jokowi. Ditengah kampanye sopan, muncul kampanye hitam di luarr perkiraan yang sempat menggoyahkan simpatisan Jokowi. Muncul isu Jokowi Cina-Kristen-Keturunan PKI, dan sejumlah fitnah bagai bom waktu yang bikin bingung publik. Tentu saja ini dilakukan di luar struktur resmi kelompok pemenangan.

Untunglah momentum ledakan 'bom fitnah' itu tidak tepat. Masih ada cukup waktu kubu Jokowi melakukan klasifikasi di tengah masyarakat. Selain itu sifat Jokowi yang tidak reaksioner menjadikan bom itu tidak menjadi 'Sudden Death' baginya.

Simpan Sifat Reaksinoner-Reaktif sampai Finish?

Pada Pilkada DKI2017 nanti cara-cara serupa mungkin akan dilakukan. Sudah banyak 'test the water' telah lawan politik lakukan sejak jauh hari. Dari hal tersebut, mereka telah temukan satu konsep ledakan 'bom' pada 'Sudden Death'. Dengan pemahaman bahwa Ahok sangat reaksioner, maka bom itu adalah gabungan ledakan amunisi dan reaksi blunder Ahok sendiri. Hal serupa juga berlaku bila ada kelompok pendukung Ahok diluar struktur komenda yang melakukan hal yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun