Film ’Tiga Dara’ hasil Restorasi 4K adalah kerja gila dan oleh orang gila. Sebuah kerja yang ‘mengambil’ film ‘Tiga Dara’ lawas yang sudah rusak untuk diperbaiki kemudian dihadirkan kembali bagi publik. Kenapa dikatakan orang gila? karena hanya orang gila yang mau melakukannya. Kenapa disebut kerja gila? Karena pekerjaan ini dilakukan orang gila, dan pekerjaan itu tak menarik bagi orang waras yang hidup di kekinian. Untuk apa mengurus barang lama yang sudah rusak? Banyak hal di masa kini yang lebih bisa membawa keuntungan, bukan?
[caption caption="Tim 'Orang Gila' dalam kerja Restorasi Film Tiga Dara II sumber gambar ; https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/07/tim-restorasi-film-tiga-dara-metrotvnews-57a703d9f39273c0158d5699.jpg?t=o&v=700"]
Dibalik kehadiran kembali film ‘Tiga Dara hasil Restorasi 4K’ ada ‘orang-orang gila’. Mereka adalah Tim Restorasi dengan komandannya Yoki Soufyan.
Fisik film aslinya sudah berusia 60 tahun. Sudah banyak yang rusak. Untuk itu harus dilakukan Restorasi. Menurut KBBI, arti Restorasi adalah pengembalian atau pemulihan kepada keadaan semula (tentang gedung bersejarah, kedudukan raja, negara). Merestorasi merupakankegiatan mengembalikan atau memulihkan kepada keadaan semula atau memugar. (sumber)
Ada empat hal didalam Restorasi, yakni : memperbaiki, mengembalikan, memulihkan dan mencerahkan. Segala sesuatu bagian yang rusak diperbaiki. Karena rusak, yang tidak pada tempatnya dikembalikan ke tempatnya. Segala bagian yang rusak dan lemah dipulihkan atau disembuhkan. Segala bagian yang suram dicerahkan.
Restorasi Film Tiga Dara pada tahap Perbaikan ada dua tahap, yakni inspeksi dan reparasi. Kondisinya dicek, rekam, dan catat. Setelah itu, dilihat kerusakan fisik, seperti goresan atau kerusakan kimia, misalnya vinegar syndrome yakni sejenis penyakit kanker pada film, atau merupakan “penyakit” yang sering dialami di negara tropis, seperti Indonesia.
[caption caption="Ilustrasi celluloid film II sumber gambar ; http://img.digitaltrends.com/image/celluloid-625x300.jpg"]
Audio film banyak yang rusak, sehingga timbul noise, suara terputus-putus, tidak terdengar. Tak hanya merestorasi fisik dan audio, Tiga Dara juga dibuat jadi format digital. Proses konversi dari bentuk fisik celluloid yang rusak ke format digital tidak mudah. Film ini punya 150 ribu frame. Salah satu pekerjaannya adalah seperti membersihkan foto pake Photoshop. Butuh stamina karena sampai 150 ribu frame, jadi harus kuat ‘memelototi’ gambar terus menerus.
Setiap frame memiliki kerusakan mulai goresan, coretan, hingga bekas lem yang menguning. Masing-masing frame dikerjakan 2 jam agar menghasilkan format 4K dengan ukuran file 53 GB. Total semuanya ada 12 terra. Hasil restorasi menjadikan kualitas gambar dan suara yang tajam, bersih, serta jernih.
Hadirnya film ‘Tiga Dara’ di tahun 2016 yang serba digital telah melalui perjalanan sangat panjang. Proses restorasi fisik dan audio dilakukan di L'Immagine Ritrovata, Bologna-Italia dan di Indonesia selama 8 bulan. Fisik seluloid “Tiga Dara” sudah mengalami kerusakan karena faktor penyimpanan. Di film yang disimpan lama itu pada seluloidnya ada debu kristal-kristal. Debunya berterbangan, berbahaya buat kesehatan orang. Seluloid dari tahun 1956 ini bentuknya keriting tidak lurus lagi jadi sulit masuk scanning. Sangat riskan bila harus memegang seluloid karena ini satu-satunya di dunia. Kalau ada apa-apa tentu tidak akan ada gantinya lagi. Hadeuuuuhh....!
Berawal dari inisiatif EYE Museum di Amsterdam (tempat seluloid “Tiga Dara” disimpan) untuk melakukan penyelamatan terhadap film ini, kemudian pihak SA Films yang digawangi oleh Yoki P. Sofyan mengambil alih proses restorasi. Dengan team hebat yang terdiri dari para ahli di bidangnya, antara lain Windra Benyamin, Lintang Gitomartoyo, dan Taufiq Marhaban, akhirnya seluloid yang rusak tersebut berhasil direstorasi dalam format 4K dalam waktu total 17 bulan.