Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tertantang Masuk ke Subyektifitas Kompasiana

19 Juli 2016   10:32 Diperbarui: 19 Juli 2016   10:52 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi II sumber gambar ; https://chuin5.files.wordpress.com/2013/06/angel-right-devil-left.jpg"][/caption]

"Apa saja yang membuat anda begitu tertantang ketika membuat tulisan di Kompasiana?"

------

Awalnya saya kaget dengan pertanyaan alter saya ini, dan mencoba mencerna lebih dalam maksudnya. Tapi untuk mengetahui arah pertanyaan itu saya butuh strategi kecil. Maka sembari 'mengulur waktu' saya jawab dulu sekenanya. Hal yang saya lakukan mirip 'Ball Position' dalam sepakbola. Saya jawab saja begini ;

"Saya ingin mengalahkan diri sendiri. Dengan menyelesaikan sebuah tulisan, saya pikir saya sudah melakukannya. Setidaknya untuk saat itu."

"Maaf, saya pikir jawaban itu terlalu klise, dan sudah banyak orang memakainya. Apakah anda tidak punya jawaban lain? Bukankah setiap penulis itu mahluk yang unik?"

"Lho, jadi anda menuntut jawaban saya seperti apa? Anda ini mau menghina saya, ya? Mau melakukan teori konspirasi? Anda memelintir penjelasan saya? Mau menciptakan sesat pikir saya? Ingat! Saya bukan orang biasa!! Saya Kompasianer. Saya ulangi ; S a y a  Ko m p a s i a n e r!
Paham?"

"Sabar, boss...sabar..! Banyak jalan ke Kompasiana. Orang sabar banyak anak banyak rezeki. Orang sabar tak akan lari ke gunung saat dikejar. Saya akan bantu pak Peb mengalahkan diri sendiri, bukan justru mengalahkan saya. Sungguh!"

Bas Bos Bas Bos! Jadi apa maksud pertanyaan Anda sebenarnya?

"Begini boss, sering muncul keluhan bahwa Admin subyektif dalam memberi Label Headline, Hightligh, dan FA. Apakah ada kaitan subyektifitas admin tersebut dengan Tantangan anda menulis?"

"Oh, tentu saja! Pertanyaan anda sungguh cerdas. Sungguh aku suka. Aku suka. Aku sukaaaa....!!"

"Oh, jadi pak Peb suka subyektifitas Admin?"

"Bukan pada subyektifitas itu, dodol!! tapi pada bentuk pertanyaan anda. Jangan pernah bikin saya esmosi lagi!!
Anda harus paham dimanapun sesuatu yang di dalamnya ada entitas 'Penentu' dan 'Yang Ditentukan' akan selalu ada subyektifitas. Di Kompasiana, Admin jadi penentu kelayakan tayang tulisan Kompasianer. Sedangkan Kompasianer di pihak 'yang ditentukan' dengan subyektifitasnya menganggap admin subyektif.

"Lho, kalau boss sudah paham apakah harus pasrah 'ditentukan oleh si Penentu? Bukankah itu tidak adil? Masak anda hanya diam pada ketidakadilan?"

Ada sejumlah alternatif sikap, misalnya ; 'melawan', 'pasrah', 'mendukung', 'cuek', 'mensiasati' dan lain-lain. Semua sah saja sependek disampaikan sesuai TOC Kompasiana. Sebelumnya mesti dipahami, walau sejatinya TOC itu jalan tengah bagi admin dan Kompasianer, namun aromanya juga tak lepas dari Subyektifitas.

"Sebentar, pak Boss..eh om Peb...tadi anda sebut ada alternatif 'Mensiasati'. Ini hal menarik yang sangat menarik. Maksudnya apa?"

Maksud saya, subyektifitas admin itu sebenarnya kita bisa siasati. Kita masuk saja ke subyektifitasnya. Beres.

"Caranya, Boss?"

Ah, kamu ini. Masak hal itu pun harus diajari? Bukankah seperti tadi kau katakan setiap Penulis itu Mahluk yang Unik? Gunakan keunikanmu sebagai siasat untuk masuk ke Subyektifitas Admin. Paham?

"Belum, boss. Masih terlalu absurd. Mungkin boss bisa kasi contoh nyata."

Begini, saat kau bersiasat itu gunakan subyektifitasmu sebagai penulis yang unik, jangan pernah menyerah saat subyektifitasmu ingin keluar dari dirimu karena berbenturan dengan subyektifitas admin. Ingat hukum fisika ; Kutup senama tolak menolak, Kutub tak senama tarik menarik. Kau tak pernah tahu apakah kutubmu Senama dengan kutub admin, bukan? Begitu juga admin, tak tahu kutubmu apakah Senama atau tidak. Nah, pada saat itulah kau bisa menjadi apapun di Kompasiana dengan keunikanmu. Pada saat itulah siasatmu bekerja.

"Hadeuuh, boss ini makin rumit saja. Urusan menulis dibawa ke hukum fisika. Manalah kutahu. Kasi contoh yang gampang dong, boss."

Aah, kau ini. Baru segitu aja sudah menyerah oleh subyektifitas 'rumit' mu. Ingat, Belok Kiri Jalan Terus! Hati-hati banyak anak-anak. Jangan lupa peribahasa.."Tak ada daging yang retak. Kalau retak bisa jadi itu gading."

"Lho, kenapa begitu, boss?"

Maaf, ini bukan artikel. Tulisan ini masih berupa Proto-Artikel. Jadi.......silahkan bikin artikel sehingga bisa masuk ke subyektifitas admin. Untuk mengupasnya secara komprehensif gunakan keunikanmu. Saya yakin dengan artikel seperti itu subyektifitas anda berkembang ke arah positif.

"Tapi....Boss..."

Sudah! Jangan pakai tapi..tapi.! Jangan mewawancarai saya terlalu subyektif yang bikin saya esmosi! Ingat! Saya ini bukan orang biasa. Saya ini K o m p a s i a n e r! Paham? Hayoo sekarang vote dan kasi komen tulisan ini secara subyektif!!

Tje Lee Goek!

--------

Pebrianov19/07/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun