"Mas butuh saya temani malam ini?"
Dia menoleh dan menatapku. Aku terdiam. Ada yang ingin kukatakan, tapi tak terucap.
 "Mas, telah kehilangan jarak. Kulihat banyak sayap kupu-kupu di atas kepala, mas."
---------
Dingin AC kamar membuat aku masih malas beranjak dari balik selimut. Samar-samar kudengar suara air di kamar mandi. Kemudian dari remang lampu kamar berdiri sosok perempuan di dekatku. Sudah rapi dan tercium aroma harum.Â
"Mas, ini kutitip nomor hapeku di meja. Hari sudah pagi. Aku pulang duluan. Gak apa-apa Mas tidur aja. Gak usah antar ke pintu. Sampai ketemu lagi. Makasih banyak, ya."
Tak lama kudengar pintu terbuka, kemudian ditutup dengan penuh hati-hati.
Masih dengan mata berat dan rasa malas, kulihat ke arah jendela. Dari balik gorden tampak hari mulai terang. Baru kusadari, perempuan itu lah yang menjemput pagi, bukan aku.
Saat kurasakan tubuhku ternyata tanpa busana, aku makin yakin kesadaranku itu sudah sangat terlambat.
-----
Pebrianov, Jakarta 02/06/2016
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H