Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tak Boleh Bermimpi

12 Mei 2016   11:38 Diperbarui: 12 Mei 2016   15:21 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Manusia Gerobak"][/caption]

Sudah seharian gerobak reot berisi kertas bekas itu ditarik menusuri jalan kota, akhirnya berlabuh di bawah deret pohon besar. Tempatnya cukup tersembunyi dan teduh.

Lelaki tua itu sengaja meletakkan gerobaknya di balik pohon dekat selokan dan pagar tinggi depan rumah tua yang tampaknya sepi. Dia bukan malu, tapi merasa tak pantas terlihat mencolok dari lalu lintas jalan ramai.

Dia duduk di rerumputan dan bersandar di batang pohon itu. Matanya menatap halaman luas restoran yang berada sederet tempat dia bersandar. Terlihat sejumlah mobil bagus dengan bentuk unik terparkir di sana. Beberapa anak muda-mudi berpakaian modis tergelak bersantai di teras restoran.

Entah apa yang ada di pikiran si Bapak tua saat itu.

Gerobak tiba-tiba sedikit bergerak. Dari dalamnya muncul anak kecil. Dia duduk dan mengusap-isap matanya. Tampaknya baru bangun tidur.

Si Bapak Tua itu hanya menoleh sejenak, kemudian tatapan matanya kembali ke arah restoran tadi. Sekumpulan anak muda sedang berfoto di mobil unik milik salah satu kawan mereka. Itu adalah mobil sport langka keluaran terbaru.

Tatapan si Bapak Tua bagai melekat ke arah mereka, dan ke mobil unik itu. Sementara potongan kertas karton tak henti mengipas tubuhnya.

"Kita sampai dimana, mbah?" tanya si Bocah.
"Kita istirahat dulu, Le" Jawabnya singkat.

Suasana jadi hening. Cukup lama.

Beranjak si Bocah dari gerobak, kemudian berlari kencang ke arah halaman restoran, tempat kumpulan muda-mudi sedang berfoto dan tergelak. Berdiri si Bocah tak jauh dari mereka. Tatapannya tak lepas ke arah mobil unik. Dia jadi teringat gambar-gambar mobil mainan yang sering dilihatnya di buku-buku bekas dalam gerobaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun