Tetaplah kau di situ, biar aku yang beranjak turun.
Melepas jendela kusam.Membuang dinding lapuk. Merobohkan tiang-tiang miring. Membongkar lantai retak.
Tetaplah di situ. Pejamkan saja matamu. Rasakan setiap gerakku dari deru nafas. Saat kelopakmu membuka akan kau lihat setiap elemennya berganti baru.
Ruang itu kini kubuat lebih luas. Bukaannya melegakan rasa. Arahnya memanjakan mata, meraup pemandangan yang kemarin tertutup dinding penghakiman masa lalu. Kulakukan semua untukmu.
Awalnya malaikat tak berkenan. Dia heran. Marah. Sempat akan disampaikannya pada Tuhan. Tapi aku tak putus bicara dalam hening. Pun bergelut dengan perenungan.
Tahukah kau?
Aku temukan warna lain pada cinta.
Para malaikat tertegun, kemudian menangis. Sementara aku tak henti bersuara.
Dalam isaknya malaikat berkata "
"Itu tempat para perupa iblis meretas takdirnya dibakar api neraka. Mereka kaum pembohong!
Ya, aku paham semua itu.
"Lalu untuk apa kau rehab neraka?"
Aku punya rasa yang besar pada seorang pembohong itu. Walau berkali-kali dibohongi, tapi tak bisa kubohongi hati kecilku, aku sangat mencintainya. Bukankah kita tak boleh berbohong?
---------
Pebrianov30/04/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H