Kali ini 'Kebiasaan' tersebut sulit dilakukan Sandiaga Uno dan timnya karena sumber 'Panama Paper' berbasis di luar negeri. Apa yang ditampilkan telah menjadi konsumsi global, milik publik Internasional dan telah jadi persoalan bersama dunia karena melibatkan para pesohor dunia.
Tingkat validitas 'Panama Paper' sangat kuat yang membuat para tokoh kuat dunia pun tak bisa berkutik di negaranya masing-masing. Salah satu korban pertama adalam PM Islandia yang 'terpaksa mundur' dari jabatannya.
[caption caption="Ilustrasi tokoh yang ada dalam list Panama Paper II svobodneforum.cz"]
Kalau sudah begini, apa yang bisa dilakukan Sandiaga Uno?
Bila dia terus 'ngeles' dengan beragam argumentasi 'aneh' bisa membuat blunder besar karena publik tak mudah percaya. Blunder itu bisa membuat Sandiaga Uno dan Partai Gerindra tampak konyol dimata publik. Bagaimanapun, publik menggunakan 'contoh soal' reaksi dan aksi tokoh negara lain yang mengalami hal sama sebagai barometernya.
Kalau di negara lain yang sistem hukumnya sudah kuat saja tidak bisa 'menolong' tokohnya, lalu apa yang bisa dilakukan seorang Sandiaga Uno dan tim-nya? Tidak ada, dan jangan membuat pernyataan 'ngeles dan aneh' yang berpotensi blunder dan menjadi tertawaan publik. Jalan terbaik adalah perlahan-lahan mundur dari gaung pencalonan Pilgub DKI207 untuk menyelamatkan citra politiknya secara pribadi, sekaligus meringankan beban politik Partai Gerindra.
Kalau Sandiaga Uno si Santun yang sukses ini masih ngotot 'ngeles sana-sini' demi Pilgub DKI2017 (yang sebenarnya 'tak seberapa' dibandingkan kesuksesan yang dia raih) maka partai Gerindra akan kehabisan waktu menyiapkan kader pengganti untuk Pilgub DKI. Sandiaga Uno sebagai pribadi harus mundur dari gaung Pilgub DKI, sembari mengharapkan kambuhnya 'sakit amnesia' publik negeri ini terhadap sejumlah 'ulah tokoh besar' yang pernah terjadi. Satu hal yang mesti diingat saat perlahan-lahan mundur dari gaung pIlgub DKI, jangan lupa pakai celana.
-------
Pebrianov6/4/2017
Sumber berita ; kompas.com ; tempo.co, beserta rangkaian beritanya. | Sumber Gambar Utama: di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H