Berikut ini adalah  definisi mengenai Personal Branding: 1. Sebuah pencitraan pribadi yang mewakili serangkaian keahlian, suatu ide cemerlang, sebuah sistem kepercayaan, dan persamaan nilai yang dianggap menarik oleh orang lain. 2, Personal Branding adalah segala sesuatu yang ada pada diri anda yang membedakan dan menjual, seperti pesan anda, pembawaan diri dan taktik pemasaran. (Sumber)
Jadi Personal Brand adalah sebuah gambaran mengenai apa yang masyarakat pikirkan tentang seseorang. Hal tersebut mencerminkan nilai-nilai, kepribadian, keahlian dan kualitas yang membuat seseorang berbeda dengan yang lainnya. (sumber ;
Oleh Media, personal Branding Ahok itu awalnya diangkat, kemudian disorot dan diperkuat secara masif.
Harus diakui bahwa Mainstream Media sangat jeli melihat potensi Personal Branding Ahok, untuk 'dijual' sebagai komoditi berita, sekaligus melakukan pembahuran politik dalam masyarakat. Bagaimanapun, Personal Branding Ahok dianggap mampu memberikan pembaharuan. Media melihat bahwa hal tersebut yang membuat Ahok sedemikian ditunggu publik di media. Maka lengkaplah 'Bahan Baku' dan 'Kuasa' Media dalam membentuk Hiperealitas Ahok.
Sebagai sosok politik yang dilahirkan dan dibesarkan media, Ahokmau tidak mau adalah produk Hiperealitas Media. Hiperealitas Ahok itu dipertegas lagi dengan terbentuknya sejumlah kelompok Relawan Ahok dengan beberapa nama kelompoknya seperti Teman Ahok, Batman, dan lain-lain. Sementara publik adalah pencecap sekaligus juga bagian hiperealitas itu sendiri.
Pada konteks publik mencari realitas kebenaran hakiki politik Pilgub DKI2017 sebagai sebuah idealisme DKI2017 maka dibutuhkan sikap kritis semua pihak, baik Pendukung Ahok maupun Bukan Pendukung Ahok, (Pro Ahok dan Kontra Ahok).
Para pendukung Ahok (Ahokers) hendaknya tidak berlebihan mencecap nikmatnya Personal Branding Ahok. Sementara para 'Bukan Pendukung Ahok (Anti Ahokers) juga tak perlu berlebihan 'membenci' Ahok dan pendukungnya. Kedua pihak bukanlah pemegang informasi hakiki. Kedua pihak harus sadar sedang berada di dalam hiperealitas Ahok.
Sikap kedua pihak yang berlebihan akan makin menenggelamkan mereka di dalam hiperealitas, dan hal itu akan menjauhkan diri mereka dari kebenaran informasi yang sesungguhnya. Padahal kebenaran informasi politis sejatinya menjadi modal terbaik untuk membangun DKI Jakarta lebih hebat lagi.
Penutup
Mengutip syair lagu dangdut penyanyi Vety Vera..
"Kamu pilih yang mana?
(Kanan, kanan)
Kamu suka yang mana?
(Kiri, kiri)
Kalau saya punya usul: yang tengah-tengah saja hohoi
Kamu pilih yang mana?
(Atas, atas)
Kamu suka yang mana?
(Bawah, bawah)
Kalau saya punya usul: yang tengah-tengah saja
Bagaimana?
(Bagaimana ya? Oke!!)
Hidup ini jangan serba terlalu yang sedang-sedang saja
Karena semua yang serba
terlalu bikin sakit kepala
-dan seterusnya, dan seterusnya...."
(sumber)