Sementara perempuan itu kini merasa sendiri. Karena lelaki itu seolah tak perduli sakitnya dia di ruang ini. Teriakan-teriakan dari pintu belakang terus terdengar mengusik dirinya. Bahkan teriakan itu sangat menyakitkan.
“Apakah aku harus memberontak dan membalas para manusia berhati hitam itu?”
Perempuan itu jadi ingat pesan gurunya, tak semua hal harus dilawan secara frontal karena akan menjadikan kesia-siaan belaka. Biarkan waktu yang bicara kelak, siapa yang akan memenangkan kehidupan sesungguhnya.
Kembali tatapan mengarah keluar jendela kaca bening itu, dilihatnya kembali lelaki yang sedang terus bekerja. Hatinya jadi terhibur bercampur sedikit kesal. Perempuan itu yakin, Ahok si Lelaki yang sedang bekerja itu bukan tak tahu namanya sering diteriakkan dari pintu belakang. “Sara ! Sara !”
Sungguh suara bising yang menyesakkan dada! Ah, sudahlah. Mau bagaimana lagi?
Sara masih berdiri di balik jendela kaca itu, tanpa sadar terucap dari bibirnya ;
“Hok..Ahok ! Demi kau dan si Buah Hati terpaksa aku harus begini !”
-------------
Pebrianov11/02/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H