Dalam politik kontemporer Indonesia, menyerang lawan dengan isu-isu SARA, melecehkan sisi pribadi lawan, dan lain-lain dengan maksud menciptakan opini di masyarakat yang sekaligus melemahkan mental lawan seolah sudah menjadi hal lumrah. Banyak contoh sudah dilakukan oleh para pelaKu politik.
Preseden buruk bahwa Politik itu kotor melekat di benak publik yang sering dikecewakan pelaku dan lembaga politik. Mereka menyimak sambil geleng-geleng kepala melihat manuver tokoh politik berebut kuris dan pengaruh.
Pada preseden buruk politik itu haruskah seorang Adhyaksa Dault terseret arus demi eksitensi politisnya? Haruskan dia meniadakan ke-Pramuka-an yang melekat secara formil pada dirinya?
Ketika dunia politik Indonesia kontemporer selalu dirundung kegaduhan dan kehilangan kepercayaan publik, bagaimana seorang Pramuka Adhyakasa Dault harus berlaku?
Menjadi pramuka aktif dan pada saat yang sama masuk dalam politik merupakan tantangan Adhyaksa Dault. Dia sebaiknya ;
- Berani tampil beda dalam berpolitik, tak ikut-kutan gaya politik yang buruk. Jangan terpancing preseden politik yang berkembang.
- Mampu menghadirkan jiwa dan perilaku seorang Pramuka dalam berpolitik. Jiwa luhur Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka hendaknya dia implementasikan dalam konsep politiknya, dan jadi acuan operasional setiap langkah politik di tengah piblik.
- Bersikap Tidak takut kalah hanya karena tampail beda mengusung spirit pramuka.
[caption caption="sumber gambar ; http://img.antaranews.com/new/2014/08/ori/20140815Presiden-HUT-Pramuka-140814-wsj-6.jpg"]
Sudah lama bangsa ini tak merasakan Semangat Pramuka dalam sosok tokoh politik. Mereka ingin sosok pemimpin yang tak hanya ada dalam tataran teoritis. Dengan menghadirkan spirit pramuka aspek teoritis itu menjadi nyata di kancah politik nasional.
Pramuka bukan kendaraan politis, namun merupakan medan pembentukan karakter yang sesungguhnya sebagai pemimpin idaman seluruh bagsa Indonesia.
Akan sangat memalukan bila seorang kakak pembina berlaku tak tak sesuai Trisatya dan Dasa Darma Pramuka dalam kiprahnya di masyarakat. Malunya justru pada generasi muda, para tunas bangsa pemilik masa depan negara ini.