Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyibak 'Valentine Day' pada Agenda Kolektif Kemanusiaan

13 Februari 2016   22:48 Diperbarui: 14 Februari 2016   10:17 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walau seseorang menjadi penjahat sekalipun, suatu saat di dalam hidupnya sang Suara Nuraninya akan menggema sehingga dia bisa terharu atau menangis oleh kejadian tertentu misalnya saat sakit, kematian atau kehilangan orang terdekat. Bisa pula oleh sentuhan sosok orang lain misalnya orang tua (bapak/ibu), saudara, orang yang dihormatinya, orang yang dicintainya, atau bahkan oleh orang yang paling dibencinya.

Terharu dan menangis adalah petanda nurani dan kasih sayang (verbalistik). Sebuah Petanda bagi kemanusiaan yang bersemayam kokoh di setiap diri manusia.

Didalam membangunkan nurani tersebut ada mekanisme besar yang bekerja namun penuh misteri bagi logika.

Penentangan pada Velentine Day juga adalah hasil komodifikasi berbagai momentum sejarah manusia. Jadi di tengah tumbuh dan berkembangnya rasa kasih sayang (ala Valentine day) sebagai komodifikasi tersendiri dari rasa kemanusiaan, agenda Valentine Day berjalan seolah sendirian. Valentine Day seperti entitas momentum itu sendiri.

Komodifikasi rasa kasih sayang menjadi 'agenda' Valentine Day hanyalah berupa kemasan (casing). Sehingga terciplah kondisi relativitas pada Valentine Day. Pertentangan timbul karena kemasannya, bukan pada esensinya sebagai dasar kemanusiaan milik setiap orang. Jadi ketika relativitas dan kontroversi muncul dan menajdi bagian perjalanan sejarah 'agenda' Valentine day, sejatinya kita jangan terkecoh pada kontroversi cassing. Kita jangan kehilangan esensinya hanya karena maraknya pertentangan (kontroversialitas). Karena esensi itu tempat nurani bersemayam, yang menjadikan kita sebagai manusia dengan kemanusiaan yang utuh.

Salam Kasih Sayang untuk Seluruh Manusia

------
Pebrianov, 14/Peb/2016 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun