Para penulis yang sudah memiliki Passion menulis dalam berkompasiana sebaiknya menjalani segala dinamikanya yang pada akhirnya membentuk mental dan skill menulis lebih baik, serta menemukan jati dirinya dalam dunia menulis.
Meninggalkan Kompasiana saat diserang kritik- sementara passion menulis sedang mekar-sungguh disayangkan, karena itu berarti si Penulis telah menganiaya Passion yang dimilikinya. Dia hancur bukan oleh pihak luar (si Pemberi Kritik).
Kalau masih mentah saja sudah 'pergi' karena 'tak tahan kritik' dan 'ketakutan sendiri' maka bisa jadi  di tempat lain pun akan muncul sikap yang sama.
Pilihan paling baik dari yang ter- 'jelek' adalah ; "Lebih baik meninggalkan Kompasiana setelah matang, bukan saat masih mentah dalam hal skill menulis, dan mental sebagai Penulis.
Mengutip sebuah jargon politis dalam pilkada di Kalbar ; "Kalau berani jangan takut-takut. Kalau Takut-takut jangan Berani-berani."
Di sini , 'Takut dan Berani' tentunya dengan pertimbangan, dan kesediaan membuka diri terhadap dinamika.
Dari jargon tersebut boleh dong dikembangkan jadi ; "Kalau membuka jangan menutup-nutup. Kalau Menutup-nutup jangan Membuka-buka"
"Halah, jadi lebay lu, Peb !"
Biarin ! Yang penting aku tetap Kompasianer.
"Halaaah, Makin lebay...! Sana pakai celana dulu !"
Sekian.
Selamat Week End Temans....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H