Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Dandan Si Ibu Bagai Artis, Anak Dekil Bagai 'Terlantar'

8 Desember 2015   12:14 Diperbarui: 8 Desember 2015   13:41 3651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Dandanan Ibu bagai Artis

Sebenarnya dalam hati saya tak menampik apa yang dikatakan si Dokter pada Endah karena ada benarnya juga. Kebetulan beberapa kali saya bertemu Endah bersama anak-anaknya di Mall, Toko buku dan tempat makan. Secara kasat mata penampilan dandanan Endah sangat jomplang dibandingkan anak-anaknya. Pakaian dan sandal mereka kucel, seperti pakaian harian di rumah digunakan untuk jalan-jalan, rambut yang tak tersisir-seperti bangun tidur, atau 'belum mandi'?, pernah saat salaman saya lihat kukunya panjang hitam tidak dipotong.

Penampilan anak-anak tak mesti mewah, tak harus mahal, tak wajib latah ikutan mode. Semua ada porsi dan komposisinya, yang sedang-sedang atau wajar-wajar saja sudah cukup. Prinsipnya ; bedakan pakaian, sepatu, sandal dan baju untuk digunakan jalan-jalan, kondangan dan dipakai harian di rumah. Jangan sampai jalan-jalan ke supermarket-mal, bioskop atau kondangan pakai kaos kucel dan sendal jepit, sementara si Ibu berdandan kayak artis. Perbedaan yang mencolok dandanan ibu-anak tersebut bisa bikin 'sakit mata' orang-orang yang melihat dan mengetahuinya. Yang akan 'dipersalahkan' adalah si Ibu, bukan anak-anaknya.

Sebagai Lelaki Pemalu, saya tidak akan pernah mengomentari 'hal domestik' kawan sendiri. Karena menganggap itu wilayah privat dan sensitif. Bagi saya, setiap orang punya gaya dan cara berekspresi, serta manajemen diri dan keluarga yang dianutnya.

Fenomena seperti Endah sering saya lihat di masyarakat. Terutama di ruang-ruang publik seperti super market, mall, sekolah (saat antar atau jemput anak), gedung pameran atau resepsi, dan lain lain. Saya heran juga, kenapa bisa begitu? Apa si Ibu terlalau sibuk dandan diri sendiri sehingga tak sempat memperhatikan anak-anaknya? Atau dia takut kalah pamor dari anak-anaknya? Heu heu heu...

Saya sendiri bukanlah orang yang pandai menjaga penampilan. Semuanya yang sedang-sedang saja. Sehari-hari lebih suka pakai kaos dan jeans, dengan sepatu kets. Kalau agak resmi, pakai kemeja kasual kotak-kotak, plus sepatu kulit kasual. (saya kurang paham istilah mode).

Namun bagaimanapaun, segala sesuatunya menyesuaikan 'Situasi, Kondisi dan Toleransi' tempat, forum dan pelaku ruang. Kalau ke undangan ya pakai baju resmi minimal batik, celana kain, sepatu 'bapak-bapak'. Apalagi bila undangan, atau jalan-jalan dengan istri dan anak-anak, se-santai-santainya gaya kita harusnya tidak jomplang dengan mereka.

Untuk urusan penampilan anak-anak semua diurus istri, saya sih ikut saja, ya ngantar dan menemani ya dibeliin. Tapi kalau urusan beli buku, mainan, perangkat elektronik, tempat jalan-jalan dan akomodasi itu bagian saya. Anak-anak sudah tahu dengan sendirinya mana wilayah papa dan mama. Mereka tidak akan titip belikan baju pada saya bila tugas keluar kota. Katanya "Jangan pesan pakaian sama papa, bisa ancurr kita". Heu heu heu...

Suami dan istri sejatinya 'bagi-bagi kapling' fokus perhatian urusan rumah tangga. Pembagian kapling ini bisa saja 'tidak sengaja' akibat dari kebiasaan lebih perhatian pada hal-hal tertentu. Misalnya istri lebih perhatian pada masalah makanan, jajanan dan pakaian, saya pada bacaan dan perangkat mainan, dan lain-lainnya.

Sebuah Pembelajaran Kecil

Soal mengomentari penampilan kawan atau orang lain tentu ada cara yang lebih lembut. Mau dikomentari atau tidak, semua bersifat relatif, tergantung pribadi masing-masing. Saya sendiri jarang melakukannya karena hal itu 'sebagai pilihan dirinya'. Lain halnya kalau berkaitan nasib pekerjaan dan keselamatan kawan dan keluarganya, tanpa diminta pun saya akan beri tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun