Sikap 'merajuk' Jepang cukup mengagetkan. Jepang selama ini punya mental Unggul, Â Juara, Sportifitas yang tinggi dan selalu kuat dalam komitmen, namun kali ini memilih sikap 'kakanak-kanakan'. Hanya karena ''kalah" pada satu 'item' mereka berencana 'merusak' banyak hal yang sudah mereka buat dalam relasi dengan Indonesia.
Hilang sikap unggul, sebuah sikap yang mau mendengar penjelasan (dari pemerintah Indonesia) dan menerima konsekuensi secara positif.
Hilang sikap juara dan spotifitas. Selalu kuat berjuang dalam laga, namun tiba-tiba melempem usai laga. Dan tak mau menerima kenyataan itu dengan hati lapang.
Apakah hal ini berkaitan dengan semangat 'Harakiri' ? Usai kalah atau tak mampu menanggung malu maka lebih baik 'bunuh diri'. Celakanya, mereka akan bunuh diri di Indonesia.
Bila Jepang mengambil sikap 'merajuk' dan kemudian 'Harakiri' di Indonesia' maka cukup berpengaruh pada ragam industri yang sudah mereka tanamkan di Indonesia. Besar kemungkinan perekonomian Indonesia sejenak mengalami ketimpangan.
Namun, bagi Indonesia, hidup harus terus berjalan. Mekanisme survival Indoensia akan bergerak kuat untuk tetap tegak berdiri.
Sementara Jepang akan mendapat stigma sejarah yang kelam, khususnya bagi Bangsa Indoensia yang selama ini menjadikan Jepang sebagai panutan untuk menjadi  negara maju.
Ternyata Jepang-bangsa yang pernah mengaku sebagai 'saudara tua' itu - punya sisi lain yang  tak sehebat  yang dibayangkan selama ini. Ada mental kanak-kanak yang tak boleh kita tiru untuk membangun bangsa ini.
Arigato gojaimas....eehh, Sayonara? Ah, tak tau lah aku...kite liat aje nanti, ye....
Â
-----------
Sumber berita ; Kompas.com ; Merdeka.com, Â