Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Memarahi Anak dan Suami di Depan Umum

29 Agustus 2015   22:19 Diperbarui: 29 Agustus 2015   22:50 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar ; http://2.bp.blogspot.com/-Pgu3-mOqGnk/UvWjmdDAucI/AAAAAAAAGMY/TrvTCe1-iz0/s1600/Papa+dan+mama+tidak+kompak.jpg"][/caption]

Saya sedang berada di ruang tunggu komplek kolam renang. Hari Sabtu adalah jatah anak-anak berenang. Saya sih suka-suka aja menemani mereka berenang. Olahraga sambil cuci mata. Bikin badan segar dan pikiran plong walau otak agak sedikit miring-miring sedap.

Saya bersantai dengan Enzo-anak saya yang Bungsu (kelas 5 SD), setelah berjam-jam kami berenang. Sambil menunggu kedatangan mamanya anak-anak yang pergi sebentar untuk suatu urusan bisnis.

Di ruang tunggu itu saya dan si Bungsu 'sibuk', masing-masing tenggelam dengan hape. Dia main game, saya baca berita dan Kompasiana.

Tak lama kemudian masuk seorang ibu cantik dari arah kolam renang. Dia nampak gelisah. Duduk sebentar kemudian berdiri dan mondar-mandir seperti Kompasianer yang tulisannya baru dapat HL. Dari tampilan rambut dan pakaiannya dia 'pasti' tak ikut berenang.

Sambil 'melongok' ke arah luar (disana ada deret kolam renang, taman, tempat permainan, dll). Perempuan cantik itu tiba-tiba ngomel-ngomel sendiri (isinya saya sensor). Kata-katanya sungguh pedas, tak enak didengar. Celakanya yang diomeli itu anak-anak dan suaminya yang nampaknya masih sedang asik bermain di kolam renang.
Dia tampak kesal, "itu papa juga...bla..bla..."

Saya yang tadinya berasyik masyuk dengan Kompasiana di tangan seketika memandangnya. Kemudian saya menoleh ke anak saya. Ah, syukurlah dia masih asik dengan game-nya. Saya tak ingin kata-kata seorang ibu 'aneh' itu disimak anak saya. Tak elok dan aneh ; "Seorang Ibu kok memaki-maki anak dan suaminya didepan orang tak dikenal?"

Jelas saya tidak tahu penyebabnya ; apakah si Ibu sedang memasuki PMS, Bete kelamaan nunggu suami dan anaknya berenang, atau mau cari perhatian saya yang macho dengan rambut basah ini ? Heuheuheu...Semua kemungkinan hanya dia dan Tuhan saja yang tahu. Yang jelas, dimata saya, Nilai perempuan itu turun drastis melebihi anjloknya rupaiah terhadap Dolar !

Beberapa waktu kemudian anak-anak dan suaminya masuk ke ruangan itu sambil membawa tas peralatan renang. Si Ibu pun mengeluarkan omelannya lagi. Herannya anak-anaknya tampak biasa saja. Walau nampak sedikit bersautan. Sementara si Suami diam saja, sambil mengajak mereka keluar ruang menuju parkiran. Entah apa yang ada di pikiran si Suami, anak-anak dan si Perempuan itu. Entah apa yang akan terjadi di rumah mereka nanti.

Tak Elok Ngomel di Depan Banyak Orang Tak Dikenal

Apapun masalahnya, ngomel-ngomel atau memarahi orang-orang tercinta (keluarga) di depan banyak orang bukanlah tindakan bijaksana. Tak ada gunanya. Emangnya orang disekelling akan menolong memberi solusi? Yang terjadi justru, orang yang mendengar jadi risih. Bahkan jadi malu sendiri. Kalau bisa menutup telinga pasti tutup telinga. Kalau bisa kabur akan kabur. Bukan apap-apa, omelan kepada orang lain yang tidak ada di tempat itu, apalagi terhadap anak-suaminya tentu bikin malu dia sendiri.

Ketika dimobil dalam perjalanan pulang tiba-tiba anak saya cerita ke mamanya.

"Ma, tadi ada ibu-ibu marah-marah sama papanya dan anak-anak"

Saya kaget. Hampir salah nginjak pedal rem-gas. Saya pikir tadi dia tak menyimak karena sibuk main game. Sebelum istri saya bereaksi, saya pun bersuara.

"Kau dengar orang tadi, ya Boy?" (saya suka panggil anak saya dengan "Boy").

"Iya pa, cuma aku malu. Makanya aku sibukkan main game"

"Kenapa kau malu, Boy ?"

"Ndak tau, Pa. Cuma aneh saja, papanya kok diomeli mamanya kayak gitu. Apa dia tak sayang? Apa dia tak malu didengar orang-orang ?"

Ha..ha..ha..!! (saya pun ketawa). "Jadi mirip kayak sinetron ya, Boy ?"

"Iya, Pa..kayak sinetron aja. Cuma di sinetron aja yang biasanya ada orang ngomong sendiri biar pikirannya diketahui penonton."

"Jadi menurut kau, acamana yang tadi itu, Boy?"

"Itu lebih jelek dari sintron, Pa. Soalnya tadi itu asli, bukan akting."

"Siip, pinter anak papa. Toss kita !"
(Saya dan Enzo pun toss dengan lima jari."

"Makan bakmi, kita ?"

"Siip, pa !"

Istri saya bengong. Melirik saya. Saya pun lirik juga sambil kedipkan mata genit.

---------

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun