Sekarang aku di sini. Di Kompasiana. Tempat ini seperti Komplek Lokalisasi mewah.
Setelah tunjukkan  kartu pass, kulewati gerbang. Aku pun jadi terpana. Begitu banyak bilik pesona ditawarkan. Dipojok bangku. Dilantai. Didinding. Dilangit-langit.
Banyak yang datang padaku menawarkan janji nikmat. Dan, tak kusia-siakan !
Harusnya aku tetap di papan prestasi. Melayani orang-orang haus sensasi negeri. Sembari kuraup riba untuk bermegah diri.
Tapi semua itu tak kulakukan
Aku melarut dalam godaan. Selagi aku jadi tuhan kata-kata, aku pun bersekutu dengan iblis diksi.
Tak kuperdulikan riba kemarin. Aku terjun bebas di kenikmatan diri. Kutulis semua hati. Semau diri. Walau kutahu tak akan berpanen riba. Tapi aku puas, bu guru ! Aku puaaas !
Aku kini menulis birahiku. Bukan untuk orang-orang haus sensasi itu, tapi untuk diriku. Walau kutahu, sebagian dari mereka meleleh dan berkedut-kedut olehku.
Tapi, bu guru...
Aku lupakan dogma mu. Tak sedikitpun kulihat numerik riba. Aku tak perduli prestasi. Kubiarkan riba ku berceceran. Atau lenyap entah kemana.
Biarlah. Karena tempat ini memang surgawi bagi hasrat liarku yang kemarin kutemukan tertindih  lama di balik dogma mu.
Maafkan aku, bu guru....
----------