Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Sebab Aku Mendadak Fiksiana (Tanggapan atas Tulisan Pakde Kartono)

21 Agustus 2015   10:32 Diperbarui: 21 Agustus 2015   10:32 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://assets-a2.kompasiana.com/statics/crawl/555f04360423bdbe038b4567.jpeg?t=o&v=760"][/caption]

Aku sekarang "Mendadak Fiksiana" karena ditampar Muhammad Armand, si Puisimand  dari Makasar.

Tadinya aku cuma pawang ular, tapi di perjalanan siluet liukan-liaukan itu membawaku pada deret baru aksara.

Sempat bingung, aku sedang berada negeri mana?

Sekelebat si Puisiwan melemparku pakai kepalan batu maha keras. Sambil teriak "Jangan Malu Menulis Puisi! "
Bah ! Dasar aku lelaki pemalu, ditelanjanginya aku. Padahal aku lelaki dan dia juga!

Kukira dia manusia aneh! Jeruk kok makan jeruk?

Oh, tidak...tidak bukan itu.

Dia punya teritori, dan kekuasaan atas kata-katanya

Lebih dari itu, dia punya nyali
Sementara aku Tidak!

Dikegamangan itu
Saat aku masih telanjang
Dan kedinginan,
Aku sampai pada Desol, di belantara kata-kata-nya. Sialnya aku, belantara itu bertanah magnet !

Bahkan, untuk satu langkah pun tak mampu kuangkat.
Padahal aku lelaki kuat, yang jauh berlayar sampai ke batas dunia.
Padahal aku pemilik banyak kitab, yang mampu menjelaskan banyak peristiwa
Padahal aku pelafal ragam artikulasi, yang mengukuhkan aku sebagai Pembohong yang Seronok!

Tapi
Di tanah Desol yang bermagnet, aku menemukan ketololanku
Lucunya, aku menikmati ketololanku itu dengan kebodohan paling indah
Setidaknya menurutku, persetan dengan orang lain !

Kuciptakanlah Simulakrum baru atas jati diri Kebohongan Seronok ku
Sempat ragu di batas Teritoriku

Tapi itu tak lama
Ketika kudengar ratu Iblisku berbisik tepat di gendang telingaku yang hampir tertutup tirai ragu

Desol datang ! Desol Datang!

Aku menengadah lho, Pakde...
Kukira itu Prof. Armand yang menyamar!

Ternyata tidak!

Desol lah yang datang. Lengkap dengan Lingeri Keparat-nya. Dia memang Perempuan Keparat
Penuh lekuk-lekuk aksara yang membangkitkan hasrat primitif-ku

Pakde Kartono benar !
Bahwa "Cinta itu Melumpuhkan Otak"

Aku lumpuh, Pakde !
Walau tidak sedang sedang jatuh cinta
Tapi aku putuskan Bercinta

Aku lihat, Desol menawarkan belatinya
Walau kutolak, karena aku Lelaki Bangsat ! Ego ku mangatakan Masih kupunya kanon-kanon yang lebih dari sekedar belati

Bersekutulah aku dengan Ratu Iblis untuk menghunus Desol dengan cara yang paling Banal
Dan mulai saat ini
Aku dan Desol menggenang-berenang di Lendir-lendir harum

Tapi, Aku dan Desol bukan pasangan pelit
Tetesannya kami bagi ke ruang ini
Untuk semua di sini!

Agar mereka, kawan-kawan juga mengalami kenikmatan
Seperti Aku dan Desol yang tak henti melenguh nikmat.

-----

Salam Persahabatan untuk Semua
Tertanda
Pebrianov, Lelaki Bangsat di Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun