[caption caption="http://assets-a2.kompasiana.com/statics/crawl/555f04360423bdbe038b4567.jpeg?t=o&v=760"][/caption]
Aku sekarang "Mendadak Fiksiana" karena ditampar Muhammad Armand, si Puisimand  dari Makasar.
Tadinya aku cuma pawang ular, tapi di perjalanan siluet liukan-liaukan itu membawaku pada deret baru aksara.
Sempat bingung, aku sedang berada negeri mana?
Sekelebat si Puisiwan melemparku pakai kepalan batu maha keras. Sambil teriak "Jangan Malu Menulis Puisi! "
Bah ! Dasar aku lelaki pemalu, ditelanjanginya aku. Padahal aku lelaki dan dia juga!
Kukira dia manusia aneh! Jeruk kok makan jeruk?
Oh, tidak...tidak bukan itu.
Dia punya teritori, dan kekuasaan atas kata-katanya
Lebih dari itu, dia punya nyali
Sementara aku Tidak!
Dikegamangan itu
Saat aku masih telanjang
Dan kedinginan,
Aku sampai pada Desol, di belantara kata-kata-nya. Sialnya aku, belantara itu bertanah magnet !
Bahkan, untuk satu langkah pun tak mampu kuangkat.
Padahal aku lelaki kuat, yang jauh berlayar sampai ke batas dunia.
Padahal aku pemilik banyak kitab, yang mampu menjelaskan banyak peristiwa
Padahal aku pelafal ragam artikulasi, yang mengukuhkan aku sebagai Pembohong yang Seronok!