Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Baju dan Gedung Mewah Kompak dengan Cacing Perut

9 Agustus 2015   12:01 Diperbarui: 9 Agustus 2015   12:01 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Aku dapat malu malam tadi[caption caption="http://www.theinvitation.co.id/assets/image_kartu_undangan/product/big/Mewah Elegan Bunga/kartu_undangan_pernikahan_mewah_elegan_bunga_b_1.jpg"][/caption]. Karena aku Katrok, tak bisa seperti mereka.

Usai senja aku ke undangan besar kawinan anak pejabat.

Hotel besar. Gedung megah. Deret mobil mewah di parkiran. Dandan rapi dan tampak mahal para undangan. Jabat tangan penuh sampai bergoncang. Senyum sana-sini. Cipika-cipiki vulgar.

Semua itu aku bisa. Bukan sebab aku pintar, tapi karena munafikku sangat rapi.

Hasil gemblengan sekolah, pergaulan dan jabatan.

Masuk ruang besar disambut senyum manis para cantik. Mengisi buku tamu, tak lupa tanda tangan untuk dapat buah tangan mungil.

Masuk ruang lagi, ramai orang berderet. Dimana pengantin? Oh, di ruang sebelah. Tetap ramai.

Kutengok seksama, seperti biasa, ada kasta tempat duduk. Aku tak mungkin di situ karena hanya untuk para bintang. Sementara aku hanya lilin kecil. Jatahku berdiri.

Kalau mau jongkok pun boleh. Tapi belum pernah aku uji di  Laboratoium Syaraf Malu. Istri pasti protes, malam tidurnya menghadap dinding. Runyam.

Kembali kutengok ruang awal. Orang-orang berbaju rapi dan wangi berbaris. Berkerumun di satu meja panjang.

Ini kali ke sekian kujumpai, orang-orang hebat berdesakan berebut makanan, Badan saling berhimpit. Mata melotot, Tangan menggapai. Adu cepat. Beberapa orang berdahi berminyak.

Ada pemandangan unik. Sebuah ketimpangan antara Sandang dengan Pangan di sana. "Baju rapi. Harga mahal. Dandanan selangit. Tapi euforianya seperti baru saat itu melihat makanan enak."

Tersaji paradok yang tak terdefenisi.

Dimeja itu ada ; 

Nasi lengkap. Padahal dirumah pun ada nasi.

Sate. Padahal biasa jajan sate, bahkan mungkin ada yang diam-diam pelihara kambing muda.

Krupuk. Padahal bisa beli segudang dibeli.

Bakso. Padahal mampu beli dengan gerobaknya.

Siomay. Padahal kalo pengen bisa langsung terbang ke Bandung.

Cai kwe. Celeguk ! Bejibun di pasar. Tinggal angkut dengan kualinya sekalian.

Puding. Padahal tak pernah kosong di kulkas.

Es Krim. Padahal saban hari tinggal beli di kantin kantor atau sekolah

Es Buah. Padahal tiap waktu lewat depan rumah.

Buah potong. Padahal sekeranjang masih ngetem di kulkas.

Soft drink. Padahal di kulkas belum habis. Digudang masih numpuk.

Aku bertanya dalam hati. Lalu mengapa bisa tak terkendali ?

Aku ditempa untuk berpikiran positif. Tak ingin terjebak  'menghina orang terhormat'. Tak ingin membuat fitnah. Maka segera kubuka ragam referensi alam ghaib.

Ternyata di perut setiap orang ada cacing. Makin besar cacing, makin makmur pemiliknya. Makin terpandang orangnya. Agar terwujud, cacing itu harus diberi makan enak.

Kitab alam ghaib mengatakan, fungsi cacing untuk mengurai makanan agar bisa diserap tubuh. Hasilnya untuk menghasilkan energi. Untuk menggantikan sel-sel yang rusak. Untuk cadangan tenaga. Untuk memperkuat kekebalan tubuh. Untuk bisa cantik dan tampan. Dan terakhir ; Untuk menunjukkan tingkat kemakmuran. Petanda Gengsi.

Orang kurus identik dengan kemiskinan.

Orang langsing identik dengan keindahan, tampak minimalis tapi sebenarnya mahal.

Orang gemuk identik dengan kemakmuran dan wibawa.

Oh, I see...

Aku kemudian melihat diriku sendiri. Kata orang ; Harus berkaca ! Walau di situ tak ada cermin.

Aku tersadar, tak bisa seperti mereka. Karena kulihat cacingku kecil-kecil, jadi tak perlu makanan yang banyak.

Selain itu

Aku adalah lelaki pemalu.

-----------

Selamat wik en,

Selamat menghadiri undangan.

Selamat berbaju bagus

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun