Akhirnya si Pejabat memutuskan harus punya banyak uang. Tapi dapatnya darimana?
Gaji udah standar. Hanya cukup untuk keluarga. Untunglah ada proyek pembagunan ini-itu yang dananya banyak. Bisa minta fee ke rekanan kalau mau dapat proyek.
Untunglah punya kuasa memberi ijin konsesi ini-itu, yang minta ijin harus setor dulu.
Untunglah punya wewenang melakukan kerjasama dengan investor baru, bisa minta bagi investasi dalam bentuk saham kosong.
Untunglah punya lembaga dan anak buah yang bisa disuruh menciptakan uang kalau mau lama duduk di kursi jabatan
Untunglah ini dan itu, begini dan begitu, sesuai pakem penguasa terdahulu.
Untunglah tanah subur di pekarangan kekuasaan sehingga bisa menanam pohon uang yang tak mengenal musim kering.
Tapi seorang pedagang hebat sekalipun tak selamanya untung. Sesekali rugi besar untuk pembelajaran.
Demikian juga si Pejabat, tak dapat untung saat KPK menjemput. Ada pembelajaran lain yang harus dijalani nantinya di ruang 4X4 untuk tempo yang lama dan membosankan.
Dari ruang itulah si Pejabat menggambarkan lagi langkah-langkahnya di masa silam. Sebuah penjelajahan yang bikin kering air mata.
Pada situasi seperti itulah si pejabat bisa menyapa saya, kamu dan anda. Seperti kawan lama yang tak pernah bertemu.
Apa kabar kawan, sehat-sehat saja bukan? Kapan kita bisa mancing lagi?